Suksesi Mangkunegaran
BREAKING NEWS: GPH Bhre Resmi Ditetapkan Raja Mangkunegaran X
Setelah tujuh bulan kosong tampuk kepemimpinan, akhirnya GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo resmi ditetapkan sebagai KGPAA Mangkunegara X
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Gusti Pangeran Haryo (GPH) Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo resmi ditetapkan sebagai Raja Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X.
Kabar tersebut disampaikan dalan pengumuman di Pendopo Mangkunegara, Keprabon, Selasa (1/3/2022).
KRMT Lilik Priaso Tirtodiningrat, Penganggeng Wedono Satrio pengangkatan Bhre sebagai penerus Mangkunegaran sesuai dengan adat mataram islam.
"Penetapan GPH Bhre menjadi raja Mangkunegaran X berdasarkan hasil kesepakatan antara keluarga inti dan sederet dalam dari keluar mangkunegara IX dan putra-putra," ucap Lilik kepada TribunSolo.com, Selasa (1/3/2022).
Lilik mengatakan GPH Bhre memiliki kelayakan menjadi raja Mangkunegaran X.
Baca juga: Calon Raja Mangkunegara X GPH Bhre Tiba-tiba Temui Wali Kota Gibran di Balai Kota Solo, Ada Apa?
Dia menuturkan acara penobatan GPH Bhre sebagai KGPAA Mangkunegara X akan dilaksanakan Sabtu (12/3/2022).
"GPH Bhree akan dilantik menjadi raja Mangkunegaran X direncanakan Sabtu depan, untuk lokasinya masih kita rapatkan," pungkasnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunSolo.com, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkoenagoro IX atau lebih dikenal dengan Mangkoenagoro IX dilahirkan di Surakarta pada tanggal 18 Agustus 1951.
Beliau merupakan putra laki-laki kedua dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro VIII dan Raden Ajeng Sunituti atau Gusti Kanjeng Putri Mangkoenagoro VIII.
Baca juga: Pakai Kaos 1923, Calon Raja Pura Mangkunegaran GPH Bhre Nonton Langsung Pesta Gol Persis Solo
Pada masa remaja, Mangkoenagoro IX bernama Gusti Pangeran Haryo Sudjiwo Kusumo.
Semasa kecilnya, Mangkoenagoro IX menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Kota Surakarta.
Minat terhadap kesenian terutama seni tari, beliau tunjukkan dengan kemahiran memerankan Bambangan yaitu seorang ksatria lemah lembut dan halus.
Peran Bambangan membutuhkan karakter yang kuat dan latihan yang keras untuk mencapai tingkat seorang penari yang layak tampil.
Setelah tanggal 2 Agustus tahun 1987 Mangkoenagoro VIII wafat, kurang lebih satu tahun Pura Mangkunegaran tidak memiliki penguasa, bertepatan tanggal 4 Jumadilakhir 1920 atau 24 Januari 1988, GPH Sudjiwo Kusumo dinobatkan menjadi penguasa Mangkunegaran.
Baca juga: Rindu Sang Ayah, GPH Bhre Ziarah Tengah Malam, Jelang Momen 40 Hari Wafatnya KGPAA Mangkunegara IX
Ia diangkat menjadi raja Mangkunegara IX dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkoenagoro IX.
Penobatan GPH Sudjiwo Kusumo menjadi KGPAA Mangkoenagoro IX merupakan peristiwa besar yakni seorang putra mahkota memimpin kerajaan.
Pada masa pemerintahan Mangkoenagoro IX, kehidupan tari gaya Mangkunegaran semakin berkembang.
Karya-karya yang dihasilkannya pada masa Mangkoenagoro IX diantaranya:
Tari Bedhaya Suryosumirat (1990),
Tari Kontemporer Panji Sepuh (1993),
Tari Harjuna Sasrabahu, Tari Puspita Ratna (1998),
Tari Kontemporer Negeri Sembako (1998), Tari Kontemporer Krisis (1999),
Drama tari Mintaraga, Drama tari Dewa Ruci, dan lain sebagainya.
KGPAA Mangkunegara IX, Haryo Sudjiwo Kusumo meninggal dunia, Jum'at (13/8/2021) dini hari di Jakarta.
Jenazah KGPAA Mangkunegara IX kemudian dimakamkan di kompleks pemakaman kerajaan Kadipaten Mangkunegaran, Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah.