Mahalnya Harga Elpiji di Perbatasan RI-Malaysia, LPG 12 Kg Dijual dengan Harga Rp 250.000
PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) menaikkan harga gas Elpiji non subsidi mulai Minggu (27/2/2022) lalu
Penulis: Tribun Network | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
"Krayan sampai hari ini belum ada info kenaikan harga, kita masih jual normal di Rp 250.000. Harga itu adalah harga untuk membawa LPG ke masing-masing kecamatan, kita tahu kondisi jalan Krayan tidak baik dan biaya transportasi tidaklah murah," katanya lagi.
Baca juga: Pasutri Renta dan 1 Warga yang Terbakar Akibat LPG Bocor di Tasik Akhirnya Meninggal Dunia
Terlalu terbiasa karena keadaan
Heberly mengeklaim, saat ini ketersediaan LPG di Krayan masih dikatakan mencukupi.
Pesawat milik Pertamina masih rutin mengirim dua kali dalam sepekan, sehingga meski selama pandemi Covid-19 tidak ada tabung gas Malaysia masuk, kuota yang ada sudah terbilang cukup.
Heberly lagi-lagi menegaskan kenaikan LPG Pertamina saat ini, sama sekali bukan perkara yang dikeluhkan warga perbatasan.
Saking seringnya mereka membeli barang-barang di atas harga wajar, kenaikan harga yang terjadi seakan bukan masalah serius bagi mereka.
Hal ini wajar, karena sejak Malaysia lockdown, masyarakat Krayan bahkan sering membeli tabung gas dari Malaysia dengan harga Rp 1,5 juta.
Harga asal sebenarnya berkisar Rp 800.000. Harga tinggi tersebut dikarenakan warga harus membayar upah buruh gendong, sekitar Rp 700.000.
Harga tersebut cukup wajar, mengingat buruh gendong akan mengambil tabung gas kosong untuk dibawa ke perbatasan RI–Malaysia di Long Mekang.
Di sana, mereka akan menunggu kapal kecil di pinggir sungai dengan luas sekitar 30 meter yang merupakan wilayah Malaysia.
Kapal jenis ketinting akan datang dengan tabung gas siap pakai, lalu menukar tabung kosong yang dibawa buruh gendong.
Dari pinggir sungai di Long Mekang yang masih wilayah Malaysia, buruh gendong akan menggendong tabung gas dengan bekang (sejenis alat gendong suku Dayak Lundayeh).
Tabung itu diikatkan di punggung dan buruh itu mendaki gunung tinggi, sekitar dua jam lamanya.
Sesampai di puncak, tugas buruh belum selesai. Mereka menggendongnya kembali menuju jalan tani untuk sampai di jalan utama perbatasan.
Dari jalan perbatasan RI–Malaysia inilah, buruh akan membawanya dengan sepeda motor.