Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Pilu Mahasiswa di Ukraina saat Kehabisan Air Minum, Gunakan Salju yang Mencair untuk Minum

Sejauh ini, kata Shivangi, para mahasiswa bergantung pada persediaan makanan di asrama universitas serta pihak kampus.

tangkap layar dari akun Twitter, @IndShivangi
Para mahasiswa yang terjebak di kota Sumy, Ukraina dan harus berlindung di sebuah bunker milik Universitas Negeri Sumy setelah adanya serangan Rusia pada kota tersebut. 

TRIBUNSOLO.COM - Konflik antara Rusia dan Ukraina hingga kini masih terus berlangsung.

Beberapa waktu lalu pertemuan kedua antara perwakilan Rusia dan Ukraina pada Kamis (3/3/2022) menghasilkan persetujuan untuk melakukan gencatan senjata agar koridor kemanusian yaitu evakuasi terhadap warga sipil dari beberapa kota di Ukraina dapat dilakukan termasuk kota Sumy.

Baca juga: Geramnya Tuchel, Tahu Fans Chelsea Teriakan Nama Abramovich, Nodai Aksi Solidaritas Buat Ukraina

Namun koridor pertama di mana merupakan perijinan bagi 200.000 warga sipil dari kota Mariupol dan 15.000 warga sipil dari Volnovakha untuk dievakuasi mengalami kegagalan.

Hal ini dikarenakan adanya pelanggaran perjanjian yang mana Rusia melakukan penyerangan kembali.

Hanya saja, Moskov mengeklaim bahwa pihaknya menghormati keputusan gencatan senjata tetapi terdapat dugaan di mana pasukan Ukraina telah menyerang terlebih dahulu pasukan Rusia.

Akibatnya ada setidaknya 1.700 mahasiswa asing terjebak selama tiga hari di timur laut kota Sumy, Ukraina ketika adanya serangan lanjutan dari pasukan Rusia pada hari kesepuluh kemarin, Sabtu (5/3/2022) setelah koridor kemanusian gagal untuk diwujudkan.

Dikutip TribunNews dari Aljazeera, seorang mahasiswa kedokteran asal India berumur 25 tahun, Shivangi Shibu, terbangun di asrama universitas saat subuh pada Sabtu karena suara ledakan yang sangat keras.

“Jika saya mendeskripsikan hari ini, saya akan mengatakan memulai hari dengan suara misil atau bom pada pukul 5 pagi, kemudian kita mendengarkan pertarungan di jalanan serta adanya tembakan.”

“Kita semua berlari menuju sebuah bunker karena panik, lalu suara bom terdengar kembali pada pukul 10 pagi,” jelas Shivangi.

Sejauh ini, kata Shivangi, para mahasiswa bergantung pada persediaan makanan di asrama universitas serta pihak kampus.

Hanya saja untuk penyaluran pasokan air ke Sumy telah dihentikan selama tiga hari dan memaksa para mahasiswa untuk menggunakan salju yang mencair untuk kebutuhan minum dan memasak.

 

Baca juga: Di Tengah Konflik yang Terjadi, Wisatawan Rusia dan Ukraina Masih Boleh ke Indonesia, Ini Alasannya

Sebagai informasi, kota Sumy berada sekitar 48 kilometer dari perbatasan dengan Rusia di mana juga menjadi kota pertama yang diserang oleh pasukan Rusia pada 24 Februari 2022 lalu.

Cerita lain diperoleh dari mahasiswa kedokteran asal Nigeria berusia 21 tahun, Precius Ogunbayo.

Ia mengatakan para mahasiswa hanya ingin untuk pergi dari Ukraina dan kembali ke masing-masing negara asal.

“Kita semua sangat depresi dan hanya ingi pulang ke rumah. Kita selalu meminta pertolongan tetapi hasilnya nihil,” ujarnya.

Setidaknya, 400 mahasiswa asal Nigeria berada di Sumy pada saat ini.

Sementara sisanya berasal dari Ghana, Rwanda, Turkmenistan, Yordania, dan Palestina.

Seperti lainnya, Ogunbayo mencoba untuk meninggalkan kota tetapi supir taksi atau bus mematok tarif hingga 400 dolar AS atau sekira Rp 5 juta per orang ketika mereka sedang tidak memiliki penumpang.

Pengakuan juga dikatakan oleh seseorang yang bekerja di Universitas Negeri Sumy sekaligus koordinator mahasiswa asing, Tatyana Mayboroda.

Ia mengatakan tanpa adanya gencatan senjata, evakuasi sangat mustahil untuk dilakukan.

“Terdapat baku tembak dan serangan di hampir seluruh penjuru.” ujarnya.

Sebagai informasi, pada Kamis (3/3/2022), departemen militer Universitas Sumy diserang oleh artileri Rusia ketika kota tersebut dilanda mati listrik selamat 24 jam setelah pesawat Rusia menyerang pembangkit listrik termal milik daerah.

Mayboroda juga menjelaskan, dua jembatan utama yaitu satu yang mengarah ke selatan di mana terkoneksi dengan kota Kharkiv dan lainnya di mana menuju ke Kiev telah hancur.

Hal ini, kata Mayboroda, membuat stasiun pemberhentian kereta di Konotop yang menghubungkan seluruh kereta dari dan ke kota Sumy menjadi hancur dan dikuasai oleh pasukan Rusia.

“Kita butuh dieakuasi secepatnya dikarenakan situasi yang semakin membuat putus asa.” katanya.

Kemudian terkait evakuasi terhadap mahasiswa asing, lebih dari 10 ribu mahasiswa asal India telah dievakuasi dari Ukraina selama seminggu belakangan termasuk dari kota yang mengalami kepungan, Kharkiv.

Hal ini diungkapkan oleh Kedutaan Besar (Kedubes) India di Kiev pada Sabtu (5/3/2022).

Namun, mahasiswa asal India di kota Sumy sama sekali belum dapat dievakuasi.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved