Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Jumenengan Mangkunegara X

Mangkunegara X Berusia 24 Tahun, Ahli Sejarah : Pasti Ada Teroboson, Bikin Mangkunegaran Bersinar

Penetapan GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo menjadi Mangkunegara X dinilai tepat.

Penulis: Ibnu Dwi Tamtomo | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Dok Humas Pemkot Solo
GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo duduk di singgasana Raja menyaksikan Tari Bedhaya Anglir Mendhung di Pura Mangkunegaran, Sabtu Pahing (12/3/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Penetapan GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo menjadi Mangkunegara X dinilai tepat.

Ahli Sejarah Mangkunegaran yang sekaligus Pegiat Sejarah dan Budaya, Raden Surojo menjelaskan, Bhre yang menginjak 24 tahun saat dikukuhkan dinilai tepat.

"Beliau masih muda dan lulusan sarjana dari perguruan tinggi ternama di Jakarta, tepat pemilihan beliau," kata dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (12/3/2022).

"Ini adalah modal dasar dari Mangkunegara yang sekarang untuk berkiprah untuk memajukan Mangkunegara," tegasnya.

Menurutnya di usia yang relatif muda, Bhre akan memiliki pemikiran dan semangat juang yang bagus sebagai pemimpin muda.

"Dengan semangat sebagai kawula muda, dengan pemikiran yang masih fresh. Pasti punya kiat-kiat untuk mengelola Pura Mangkunegara ini dengan sebaik-baiknya," ungkapnya.

"Pasti ada terobosan-terobosan dalam melaksanakan manajemen Mangkunegaran," terang dia.

Surojo menaruh harapan besar kepada Mangkunegara Ke X yang baru dilantik, akan membawa ke arah yang baik.

"Mangkunegara ke depan akan semakin bersinar, tambah terkenal sebagai lembaga adat dan budaya jawa pada umumnya," harapnya.

Baca juga: Makna Batik Mangkunegara X Bermotif Parang Seling Lunglungan : Raja yang Gagah,Tegas & Suka Menolong

Baca juga: Memaknai Pidato Pertama Mangkunegara X GPH Bhre Cakrahutomo, Begini Kata Ahli Sejarah Mengkunegaran

Selain itu saat ini Mangkunegara X juga dihadapkan dengan era digital dan milenial, harus bisa memanfaatkannya sebagai sarana berkomunikasi dengan kawula muda.

"Sekarang ini seolah-olah sudah tidak ada jarak, dengan adanya era digital ini diharapkan bisa merubah cara berkomunikasi dengan memanfaatkan teknologi komunikasi ini dengan sebaik-baiknya," jelasnya.

Dirinya berharap dengan adanya teknologi tersebut dapat membantu dalam memperkenalkan budaya jawa khusunya kepada kawula muda.

"Ini merupakan suatu alat untuk memasarkan dan memperkenalkan Mangkunegaran kepada masyarakat. khususnya kawula muda," harapnya.

Makna Batik GPH Bhre

Penampilan GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo saat Jumenengan atau naik tahta Mangkunegara X menyita perhatian.

GPH Bhre beskap khas baju putih dibalut beksap Mangkunegaran, dipadukan dengan blangkon dan sendal slop kulit berwarna hitam.

Pada kedua tangannya tampak cincin dengan batu merah pada kanan kirinya dan batu hitam pada kanan kanannya, serta memakai jam tangan berwarna emas.

Yang tak kalah menarik, batik yang dipakai mendiang KGPAA IX adalah batik khas yang tak biasa.

Menurut ahli perbatikan yang juga Ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Gunawan Setiawan, kain batik yang dipakai untuk celana bermotif Parang Seling Lunglungan.

"Parang ageman raja (yang dipakai raja), Lunglungan itu bunga yang menjalar," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (12/3/2022).

Baca juga: Memaknai Pidato Pertama Mangkunegara X GPH Bhre Cakrahutomo, Begini Kata Ahli Sejarah Mengkunegaran

Baca juga: Bahagianya GPH Bhre, Dikukuhkan Jadi Mangkunegara X, Diberi Ucapan Selamat Langsung oleh Jokowi

"Arti sederhananya, raja yang gagah, tegas, suistainable dan senang menolong," jelasnya.

Dia menjelaskan, sementara beskap hingga blangkon yang dipakai GPH Bhre memang baju khas Mangkunegaran yang selama ini menjadi kebangga.

"Itu khas Mangkunegaran, baik beskap atau blangkon," aku dia.

Isi Pidato GPH Bhre

GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo resmi menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X, Sabtu Pahing (12/3/2022).

Mangkunegara X dikukuhkan oleh Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX.

Adapun prameswari menyematan pusaka keris Kanjeng Kyai Wangkingan membacakan Prasetyo dengan bahasa Jawa.

"Minangka hanetepi adat paugeran saha dhawuh wasiat leluhur Puro Mangkunegaran ing dinten menika 8 Ruwah Alip 1955, surya kaping 12 Maret 2022, Prameswari dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegoro IX hanetepaken GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, SH katetepaken jumeneng KGPAA Mangkunegoro X," tutur Prameswari.

Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX detik-detik mengukuhkan Mangkunegara X melalui sejumlah prosesi pada acara jumenengan, Sabtu (12/3/2022).
Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX detik-detik mengukuhkan Mangkunegara X melalui sejumlah prosesi pada acara jumenengan, Sabtu (12/3/2022). (TribunSolo.com/Agil Tri)

Setelahnya GPH Bhre menyampaikan pidato pertamanya sebagai Mangkunegara X menggunakan bahasa Indonesia disaksikan peserta Jumenengan di Pura Mangkunegara, berikut isinya :

Pura Mangkunegaran telah melalui perjalanan sejarah yang penuh pasang surut. Dan dengan berpegang teguh pada prinsip sateguh sauyub, bersatu teguh dalam kebhinekaan. Bak serumpun tebu yang terikat tetap mampu bertahan hingga saat ini, hingga mampu bertahan sampai saat ini sebagai pusat budaya, sastra, dan falsafah bangsa.

Selain itu hakekat dalam ikatan antara manusia dan budaya tak luput digaungkannya. Ikatan antara manusia dan kebudayaan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan yang terikat satu sama lain dari kegiatan sehari-hari, dari cara menjalankan hidup, dari cara makan, berpakaian, berbicara, berkesenian, juga apa yang dihasilkan.

Baca juga: Misteri Tak Hadirnya GPH Paundra saat GPH Bhre Naik Tahta Jadi Mangkunegara X, Begini Kata Kerabat

Baca juga: Bhre Cakrahutomo Naik Tahta Jadi Mangkunegara X: Presiden Jokowi Hadir, GPH Paundra Tak Terlihat 

Saya menyadari bahwa Pura Mangkunegaran memiliki warisan budaya luhur yang tidak serta merta, dapat diturunkan secara biologis. Namun, berusaha mlampahaken (menjalankan), sebagai dapat diwariskan pada generasi yang akan datang.

Saya menjalankan Tri Dharma Mangkunegaran yang meliputi, mulat sarira hangrasawani, rumangsa melu handarbeni, dan melu hangrungkebi. Sasrira Hangrasawani merupakan candrasengkala tahun pendirian Mangkunegaran yaitu tahu 1682 Saka atau 1757 Masehi. Mulat Sarira artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi berbagai hambatan yang menghalangi perbaikan pribadi.

Serta ajaran kedua dari budaya politik Mangkunegaran adalah rumangsa melu handarbeni. Sebagaimana prinsip Tri Dharma yang kita anut, bersama-sama kita memegang teguh amanah untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan warisan budaya tersebut, beserta nilainya. Tidak hanya bagi pura mangkunegaran tetapi juga masyarakat luas.

Selain sebagai salah satu pusat lahir dan berkembangnya kebudayaan, Puro Mangkunegaran harus mampu menjadi satu wadah, jembatan, kolaborator dan teman diskusi bagi seluruh masyarakat baik budayawan, akademisi, pemerintah, maupun lembaga sosial budaya, pelestarian sejarah dan ekonomi.

Pura Mangkunegaran tidak boleh terlena dalam euforia kejayaan masa lalu. Warisan sejarah pura bukan hanya suatu hal yang semata-mata harus dirayakan, melainkan harus diantisipasi pasang dan surutnya agar pura tetap jadi pusat budaya dan sejarah yang tidak tergerus perkembangan zaman.

Saya mengajak seluruh insan masyarakat dan masyarakat indonesia, khususnya Surakarta. Bersama-sama mengamalkan nilai-nilai luhur yang diajarkan kepada kita, melestarikan, dan terus mengembangkan kebudayaan Mangkunegaran.

Memaknai Pidato GPH Bhre

Memaknai pidato tersebut, Ahli Sejarah Mangkunegaran yang sekaligus Pegiat Sejarah dan Budaya, Raden Surojo menjelaskan, jika isinya cukup kompleks.

"Pidato itu merupakan ungkapan kebahagiaan sekaligus mengingatkan kembali Mangkunegaran itu tidak bisa terlepas dari sejarah perjuangan Pangeran Samber Nyawa atau Raden Mas Said," ungkapnya kepada TribunSolo.com.

"Bahwa Mangkunegaran itu didirikan tidak hanya oleh pribadi Mangkunegoro, tapi oleh seluruh pendukung dan keluarga, terutama Keluarga Punggo Baku, terutama dari keluarga Pangeran Samber Nyowo," sambungnya.

Menurutnya titi tibeh adalah istilah yang tepat menggambarkan perjuangan tersebut.

"Jadi ada istilah titi tibeh yang maknanya, walaupun yang berdiri sebagai pemimpin Mangkunegara tidak bisa dilepaskan dari seluruh elemen dan keluarga pendukung," tuturnya.

Menurutnya, semua adalah sebagai pemilik Mangkunegara.

Baca juga: Bahagianya GPH Bhre, Dikukuhkan Jadi Mangkunegara X, Diberi Ucapan Selamat Langsung oleh Jokowi

Baca juga: Saat Sri Sultan HB X Nyeletuk, Jika Jumenengan Mangkunegara X Jadi Ajang Reuni Trah Kerajaan Mataram

"Ibarat tebu satu ikat artinya anteping kalbu yaitu satu hati," terangnya.

"Tebu itu kan merupakan pepatah. Teb itu antep, bu itu kalbu jadi anteping kalbu artinya semua menjadi satu, semua yang memiliki Mangkunegara menjadi satu," jelasnya.

Tebu singkatan dari antebing kalbu atau mantapnya hati merupakan bentuk harapan, agar memiliki ketetapan hati dalam menjalani setiap tahap kehidupannya kelak.

Modal Menyongsong Masa Depan

Dari hal tersebut diharapkan dapat menjadikan modal dasar untuk menyongsong Mangkunegara di masa depan.

"Itu adalah modal dasar yang paling utama untuk keluarga Mangkunegar, demi menyongsong Mangkunegara sebagai tonggak budaya Jawa selamanya," jelasnya.

Menurutnya dalam tatanan kepemimpinan akan ada atasan dan bawahan, namun untuk menjadikan kokohnya Mangkunegara adalah hubungan kekerabatan yang solid.

"Jadi dengan adanya kekuatan besar ini merupakan satu kesatuan bahwa keluarga Mangkunegara merupakan keluarga percontohan oleh Pangeran Samber Nyowo dengan 40 Punggo Bakunya, mati siji mati kabeh," terangnya.

Baca juga: Sri Sultan HB X Menyematkan Pesan Mendalam Hati-hati Saja untuk Mangkunegara X, Ada Apa?

Baca juga: Gagahnya GPH Bhre Duduk di Singgasana Raja Mangkunegara X : Disaksikan Sri Sultan HB X hingga Jokowi

"Satu keluarga diibaratkan satu darah, bahwa tidak ada hubungan antara pemimpin dan bawahan, tetapi yang ada adalah hubungan kekeluargaan," jelasnya.

"Jadi kunci utamanya kokohnya Mangkunegara adalah persatuan kekeluargaan," tegasnya.

Dirinya juga mengucapkan selamat atas dilantiknya Gusti Bhre sebagai Mangkunegara  yang baru.

"Sangat luar biasa setelah berbulan-bulan belum ada titik temu kemudian hari ini merupakan hari yang sangat bahagia bagi keluarga Mangkunegaran," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved