Sejarah Kota Solo
Inilah Penampakan Salah Satu Rumah Tertua di Solo, Umurnya Lebih Tua dari Masjid Agung Kraton Solo
Seperti apa rumah orang Jawa di tahun 1700-an? Bila ingin melihat, berkunjunglah ke Omah Lawas Laweyan di Kampung Batik Laweyan Solo.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya | Editor: Aji Bramastra
Tak terkecuali trah Martodinaman.
"Di sini, di teras ini, dulu mbah saya membuat cap untuk batik itu," kata Dewi.
Kini, bagian teras itu dimanfaatkan Dewi untuk mengerjakan usahanya.
Sama, masih di seputar industri batik rumahan.
Tak Berubah
Rumah itu disebut Dewi tak berubah sejak ia masih kecil.
Berarsitektur Rumah Joglo, rumah trah Martodinaman itu memang cukup mewakili wajah budaya Kota Solo.
Ada empat pokok tiang alias saka guru di tengah bagian ruang yang disebut Dewi dengan 'Ngomah'.
Sekedar informasi, pintu masuknya berada di bagian rumah bernama 'Gandok'.
Rumah ini memiliki dua gandok, yakni gandok kiwo (kiri) dan gandok tengen (kanan).
Gandok, adalah istilah pada zaman dahulu untuk menyebut gudang atau tempat menyimpan barang pemilik rumah.
Kadang juga jadi lumbung makanan.
Tapi kini, bagian tersebut kini sudah difungsikan tempat menonton televisi.
"Lantainya masih batu bata. Itu batu batanya juga nggak boleh dikeramik," ucapnya.
Sejarah Pasar Gede Solo : Sempat Terbakar Tahun 1999 Hingga Beralih Fungsi Jadi Destinasi Wisata |
![]() |
---|
Sejarah Kepatihan Mangkunagaran: Pernah Jadi Kantor era MN III Hingga TK Taman Putra Selama 71 Tahun |
![]() |
---|
Oetomo Ramelan, Eks Wali Kota Solo yang Fotonya 'Dihilangkan' dari Balai Kota karena Dukung PKI |
![]() |
---|
Asal-usul SD Negeri Bromantakan : Inilah SD Pertama di Solo yang Boleh Dimasuki Anak Pribumi |
![]() |
---|
Asal-usul SMP Negeri 10 Solo: Sekolah Anak Gadis Bangsawan Mangkunegaran, Sempat Jadi Asrama Belanda |
![]() |
---|