Jumenengan Mangkunegara X
Diskusi Terakhir Mangkunagoro X dengan Sang Ayah : Bahas Mangkunegaran di Masa Pandemi
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunagoro IX Sujiwakusuma diketahui meninggal dunia pada 13 Agustus 2021.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya | Editor: Ryantono Puji Santoso
TRIBUNNETWORK - Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunagoro IX Sujiwakusuma diketahui meninggal dunia pada 13 Agustus 2021.
Puro Mangkunegaran lantas mengangkat KGPAA Mangkunagoro X Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo sebagai penerusnya, Sabtu (12/3/2022) lalu.
Dalam wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribunnetwork Febby Mahendra Putra, Bhre membeberkan pembicaraan atau diskusi terakhir dengan sang ayah.
Baca juga: Sebelum Jadi Mangkunagoro X, Bhre Sering Habiskan Waktu Menginap di Makam Mangkunagoro IX
Baca juga: Penampilan Pemimpin Muda Solo : Gibran Pakai Sepatu Air Jordan, Raja Mangkunegara X Sepatu Kulit
"Yang banyak kita diskusikan terakhir dengan Romo (ayah, - red) itu adalah tentang Mangkunegaran saat pandemi. Pandemi kan efeknya besar sekali untuk Mangkunegaran karena pariwisata dibatasi sekali," ujar Bhre, Sabtu (19/3/2022).
Jumlah turis kala itu yang menyambangi Mangkunegaran, dikatakan Bhre bisa disebut menyentuh angka terendah yakni nol.
Diskusi pun dilakukan Bhre dengan sang ayah untuk kembali membangkitkan Puro Mangkunegaran yang erat dengan kegiatan pariwisata.
Baca juga: Misteri Sendang Siwani Wonogiri : Petilasan Mangkunegara I, Punya Kasiat Keluarkan Energi Membara
"Disitulah kami banyak tukar pikiran, diskusi santai, ya kita mungkin ambil satu langkah ke belakang disaat pandemi itu untuk merencanakan ke depannya, bagaimana kita bisa merespon," kata Bhre.
"Harapannya ketika pandemi sudah teratasi kami buat perencanaan konseptual Mangkunegaran yang sifatnya lebih holistik," tambahnya.
Berikut wawancara Tribunnetwork selengkapnya dengan KGPAA Mangkunagoro X Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo :
Kanjeng Gusti dulu kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Apakah nanti akan berprofesi sebagai lawyer atau cukup menjadi Mangkunagoro X?
Saya lulus 2019 bulan Januari, setelah itu saya bekerja di kantor atau firma hukum sebagai corporate lawyer. Itu sudah saya jalani sekitar 2,5 tahun dan setelah itu saya fokus di Mangkunegaran. Tapi ya memang ke depannya, tentu itu sesuatu yang saya masih ingin bisa jalankan.
Karena menurut saya itu kan bagian juga pengembangan dari diri saya sebagai seorang pribadi, terlepas dari Puro Mangkunegaran. Itu sesuatu yang masih ingin bisa saya kembangkan, karena itu balik lagi sesuai pendidikan saya dan bisa dibilang keahlian saya, harapannya menjadi keahlian saya ke depannya.
Jadi ya InsyaAllah masih bisa, mungkin dari segi waktu dan komitmennya tidak sebesar yang kemarin, karena tanggung jawab di Puro Mangkunegaran ini besar sekali dan ruang lingkupnya besar sekali. Jadi tentu prioritasnya tetap di Puro Mangkunegaran.
Sebelum dinobatkan, apakah ada pesan khusus yang sempat disampaikan Mangkunagoro IX atau dari ibu saat mendapatkan amanah sebagai Mangkunagoro X?
Secara khusus tidak. Karena justru hubungan kami, dalam artian Romo dengan saya, ibu dengan saya, ya lebih nyantai. Ya bukan sesuatu yang sifatnya formal seperti mungkin yang dibayangkan. Lebih santai, tapi mungkin yang banyak kita diskusikan terakhir dengan Romo itu adalah tentang Mangkunegaran saat pandemi. Pandemi kan efeknya besar sekali untuk Mangkunegaran karena pariwisata dibatasi sekali.
Jumlah turisnya untuk Mangkunegaran bisa dibilang nol untuk beberapa saat seperti tempat lain juga. Disitu Romo dengan saya banyak berdiskusi, dengan keadaan yang cukup menyulitkan waktu itu, bahwa kami menyadari Mangkunegaran ini kegiatannya sangat terpusat atau berat di pariwisata. Ini kan pertanyaannya bagaimana kita bisa melihat lebih luas ruang lingkupnya, tidak hanya pariwisata tapi juga hal yang bisa dikembangkan di Mangkunegaran sebenarnya jauh lebih luas dari itu.
Dan disitulah kami banyak tukar pikiran, diskusi santai, ya kita mungkin ambil satu langkah ke belakang dan disaat pandemi itu kita ambil langkah ke belakang untuk merencanakan ke depannya, bagaimana kita bisa merespon. Harapannya ketika pandemi sudah teratasi kami buat perencanaan konseptual Mangkunegaran yang sifatnya lebih holistik.
Sebagai orang muda, tentu Kanjeng Gusti memiliki semangat membangun wilayah Puro Mangkunegaran. Apa yang akan menjadi prioritas?
Visi besarnya kan tentu kami ingin bisa, Mangkunegaran adalah salah satu pusat, tempat lahir dan berkembangnya kebudayaan. Yang ingin bisa dicapai ke depannya justru adalah kami ingin bisa menciptakan Mangkunegaran yang lebih hidup. Hidup dalam artian, kita disini tetap berjalan dengan semestinya dan ke depan ada pengembangan baru.
Namun pengembangan ini sebenarnya tidak terlepas dari fondasinya dulu. Ya segala pengembangan terutama kebudayaan di Mangkunegaran ini harapan kami tentu semua tetap sesuai dengan adat, paugeran, dan sejarah Mangkunegaran itu sendiri, supaya tidak ada yang melenceng, keluar dari pakem. Karena sebagai pusat kebudayaan, tentu kita harus menjaga dan merawat juga kebudayaannya.
Jadi mungkin untuk tahap awal yang ingin kita lakukan adalah kita identifikasi bagaimana kondisi Mangkunegaran saat ini, permasalahan dimana, kesulitan dimana, dan juga potensinya dimana. Setelah bisa melihat secara keseluruhan baru kita masuk perencanaan dan setelahnya pengembangan.
Tapi seperti yang saya bilang tadi, pengembangan ini harus tetap sesuai akarnya, dan ini tidak terlepas dari penggalian kebudayaan itu sendiri untuk kita melakukan riset, penelitian, setelah itu hasil ini kita simpan, susun dengan baik untuk supaya pelestariannya dan saat diakses informasinya lebih mudah.
Baru setelahnya kita fokus untuk kembangkan, tentu pengembangan ini dengan cara yang sesuai perkembangan zaman dan kemasan yang lebih mudah diterima dan dicerna masyarakat luas. Supaya reachnya lebih luas untuk masyarakat, jadi balik lagi kita ingin bisa menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dengan mudah, baik, supaya komunikasi dan kedekatan antara Mangkunegaran dengan masyarakat lebih dekat.