Berita Sragen Terbaru
Asal Usul Kaliyoso di Kalijambe Sragen : Dulu Angker, Tapi Jadi Titik Awal Syiar Islam di Utara Solo
Warga yang melintas Jalan Solo-Purwodadi pasti tak asing dengan daerah yang bernama Kaliyoso.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Ilmu agamanya telah diuji oleh Pakubuwono IV, sehingga ia dipercaya untuk menyebarkan agama Islam di utara Solo, karena pada saat itu mayoritas warga belum memeluk agama Islam.
Kiai Abdul Djalal berangkat menuju Kaliyoso dengan menempuh jalur air melintasi Sungai dengan menggunakan perahu terbuat dari bambu.
Perjalanan dimulai dari Kali Solo, dilanjutkan melintasi Sungai Bengawan Solo, dan sampailah di percabangan anak sungai di Dusun Butuh, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
Kemudian, Kiai Abdul Djalal meneruskan perjalanan ke Sungai Cemara dengan melawan arus, sebelum akhirnya memantapkan diri untuk tinggal disuatu tempat di sebelah selatan Sungai Cemara.
Oleh Kiai Abdul Djalal kemudian tempat itu disebut sebagai Kaliyoso.
"Kaliyoso terdiri dari dua kata, yakni Kali dan Yoso dalam bahasa Jawa, kali artinya sungai, dan Yoso berarti membuat kampung," kata dia H Rubhan.
Baca juga: Sedihnya Warga Sragen, Jelang Lebaran Sapi-sapinya Mati Mendadak, Tak Bisa Dijual Akhirnya Dikubur
Baca juga: Lebaran Seru di Sragen : Wisatawan The New Gunung Kemukus Bakal Dimanjakan Mini Konser Musik
"Sehingga Kaliyoso memiliki makna membuat kampung di pinggir sungai," paparnya.
Setelah mendirikan sebuah masjid, akhirnya agama Islam dapat berkembang pesat di wilayah Kalijambe dan sekitarnya hingga saat ini.
Jika memasuki Kampung Kaliyoso Jogopaten, maka nuansa agama Islam kental terasa dengan keberadaan Pondok Pesantren Kiai Abdul Djalal.
Kiai Abdul Djalal dimakamkan di dekat masjid yang berumur 232 tahun itu.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa Kaliyoso yang bermakna mendirikan kampung didekat sungai, akhirnya menjadi cikal bakal perkembangan agama Islam di wilayah utara Solo. (*)