Berita Seleb
Popularitas Kangen Band Ternyata Tak Main-main, Jadi Objek Riset Peneliti Asing dan Masuk Jurnal Top
Sebuah video yang memperlihatkan Tri Suaka dan Zinidin Zidan memparodikan Andika Kangen Band, tengah menjadi sorotan.
Penulis: Tribun Network | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
TRIBUNSOLO.COM - Sebuah video yang memperlihatkan Tri Suaka dan Zinidin Zidan memparodikan Andika Kangen Band, tengah menjadi sorotan.
Baru-baru ini mencuat kabar jika Kangen Band pernah jadi obyek riset peneliti asing.
Baca juga: Kisah Pemuda Pulang Salat Tarawih Syok Temukan Surat Misterius, Minta Kenalan hingga Diajak Nikah
Dilansir dari TribunJogja, Di tahun 2020, ada seorang warganet yang juga mencuitkan tentang penelitian itu.
Penelitiannya itu pun masuk dalam jurnal internasional, SAGE Journals yang bisa diakses sampai saat ini.
Mungkin banyak orang tak tahu bahwa band pop Melayu-Indonesia itu ternyata pernah jadi bahan penelitian profesor dari Australia.
"Kangen Band pernah menjadi subjek penelitian oleh profesor Australia terkait pop melayu dengan konsumerisme di Indonesia. Jurnalnya sekarang terindeks Scopus Q1 dan bisa diakses di SAGE journals," cuit akun @Bukan_Raihan di tahun 2020.
Scopus sendiri merupakan indeks jurnal internasional di mana artikel-artikel ilmiah dari seluruh dunia diseleksi secara ketat berdasarkan kualitas dan dampaknya.
Sehingga otomatis memberikan reputasi tinggi bagi para peneliti.
Di Scopus terdapat empat klusterisasi kualitas jurnal, yang disebut dengan istilah Quartile (Q): Q1, Q2, Q3, dan Q4. Makin kecil angka kuartilnya, makin tinggi kualitas artikel ilmiah tersebut.
Maka dari itu, tak heran banyak warganet yang tak menyangka bahwa band yang oleh sebagian orang dianggap kampungan itu bisa menjadi bahan penelitian artikel dengan kualitas tinggi di tingkat internasional.
Judul artikelnya sendiri adalah ‘Longing Band play at Beautiful Hope’.
Menurut abstrak dari artikel yang dipublikasi pada 8 Februari 2013 itu, peneliti menyelidiki hubungan antara konsumerisme orang Indonesia dengan meningkatkan ketenaran band para pemuda dari kampung yang menamakan diri mereka Kangen Band, atau Longing Band menurut terjemahan ke dalam bahasa Inggris di artikel tersebut.
“Artikel ini mengupas dimensi kontekstual konsumerisme Indonesia dengan menghadirkan kebangkitan nasional boyband provinsi, Kangen (Longing) Band,” tulis Prof Emma Baulch dalam abstraknya.
Baca juga: Kecelakaan Maut di Wonogiri: Pasutri Tewas Usai Jadi Korban Tabrak Lari di Nguntoronadi
Ditulis oleh seorang Profesor
Diketahui, Emma Baulch merupakan profesor di bidang media dan komunikasi di Monash University Malaysia.
Dia mendapatkan titel doktoralnya di Monas University Australia.
“Kasus Kangen Band menunjukkan bahwa konsumerisme Indonesia memerlukan cara-cara baru untuk menggembar-gemborkan massa yang mengandalkan dan bermain dengan istilah generik lama, kampungan dan Melayu,” lanjutnya.
“Ini juga mengungkapkan beberapa kekhususan lingkungan konsumerisme Indonesia, di mana nada dering, rekaman bajak laut, dan fandom korporat merupakan sumber penting dalam pembentukan subjektivitas konsumen,” tambahnya lagi.
Menurut Baulch, kontrak dengan Warner Music Indonesia berhasil melambungkan nama Kangen Band dari grup yang nggak dikenal jadi bintang pop pada pertengahan 2000-an.
Artikel itu juga menyebutkan kalo awal karier Kangen Band sulit ditelusuri.
Namun, album Aku, Kau, dan Dia sudah beredar dalam format bajakan sebelum dirilis Warner Music Indonesia pada 2007.
Meski demikian, video-video tidak resmi Kangen Band yang beredar di jagat maya tidak menggambarkan siapa mereka sesungguhnya.
Sosok mereka baru terkuak melalui video-video klip produksi Warner Music Indonesia.
Baulch menuliskan, tren ringback tone (RBT) juga jadi faktor penting yang mendompleng popularitas Kangen Band di awal 2000-an.
Rolling Stone Indonesia bahkan menobatkan Kangen Band sebagai juaranya RBT.
(TribunJogja/ Bunga Kartikasari )
