Berita Klaten Terbaru

Garis Takdir Nenek Penjual Kitiran di Klaten : Meninggal di Lokasi Jualan, Padahal Umroh Bulan Depan

Nenek Siti sudah berjualan selama tiga tahun di pinggir Jalan Pramuka Klaten dengan berjalan berkilo-kilo untuk menjaungkaunya.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Mardon Widiyanto
Sosok nenek Siti Rohimah yang bejualan kitiran bunga di Jalan Pramuka di seberang Klinik Pratama Parama Satwika Polres Klaten pada 2020. Kondisi nenek yang ditemukan tak bernyawa, Kamis (23/6/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN – Nasib orang tak ada yang tahu.

Ada yang lahir dan mati di tempat yang sama, ada punya takdir berbeda.

Ini dialami Siti Rohimah, nenek 72 tahun yang selama bertahun-tahun mengadu nasib berjualan mainan kincir angin atau kitiran.

Dia membuka lapak di Jalan Pramuka di seberang Klinik Pratama Parama Satwika Polres Klaten.

Jualannya pun sangatlah sederhana, karena mainan dengan pegangan bambu itu, hanya ditancapkan di tanah.

Kini, takdir Tuhan berkata lain, nenek Siti harus menyudahi perjalannya di dunia.

Di ditemukan meninggal dunia di sekitar tempat jualannya di halaman kantor PC Bhayangkari, Kamis (23/6/2022) pagi.

Hanya berjarak beberapa meter dari tempat dia mengadu nasib.

Dia ditemukan dalam kondisi tergeletak dan tidak bergerak.

Kapolsek Klaten, AKP Noach Hendrik Daud Dwaa mengatakan, dia ditemukan dalam kondisi tergeletak dan tak bergerak oleh seorang warga.

Ternyata itu adalah Siti Rochimah si penjual mainan.

Baca juga: Kisah Mariano dan Mariana, Nenek Kembar asal Medan : Pergi Haji, Ingin Minta Jodoh di Tanah Suci

Baca juga: Kisah Nenek Sofia Gagal Bertemu Presiden Padahal Sudah Tunggu Sejak Pagi, Kini Jokowi Kirim Bantuan

“Biasanya jualan mainan depan situ,” kata Noach kepada TribunSolo.com.

AKP Noach menjelaskan, nenek tersebut saat ditemukan membawa sebuah tas berisi Rp 10 juta.

Adapun uang itu diserahkan kepada orang terpercaya di desanya.

“Infonya didaftarkan umrah, tinggal berangkat,” terang dia.

Dari hasil pemeriksaan bersama tim medis puskesmas dan Inafis Polres Klaten, tak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.

Korban diduga meninggal dunia lantaran penyakit yang dideritanya.

“Tiga hari sebelum kejadian anggota Polsek Klaten sempat melihat korban di depan kantor PC Bhayangkari dalam keadaan sakit kemudian korban diantar ke rumahnya,” jelasnya.

Selanjutnya korban diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan di Dukuh Umbulharjo, Desa Gumulan, Kecamatan Klaten Tengah.

“Keluarga sudah menerima atas meninggalnya korban,” jelas dia.

Perjuangan Nenek Mencari Sesuap Nasi

Di balik meninggalnya nenek Siti, ada perjuangan yang menyertainya.

Meski raganya tak lagi muda, jalannya pun tertatih saat membawa barang dagangannya, tetapi semangatnya mencari sesuap nasi sangat tinggi.

Nenek Siti harus menempuh jalan pulang pergi paling tidak sejauh 4 kilometer dari rumahnya di Desa Gumulan hingga ke Jalan Pramuka.

Bahkan lapaknya yang berada di seberang Klinik Pratama Parama Satwika Polres Klaten itu menyedihkan, tanpa bangunan dan peneduh pada umumnya.

Kronologi Satpam Perguruan Tinggi di Semarang Asal Tulung Klaten yang Divonis Positif Covid-19

Cucu Tebas Nenek dengan Parang hingga Tewas, Dikira Kambing yang Masuk Rumah

Dia hanya beralas karung yang sebelumnya berisi barang dagangannya berupa kincir angin.

Sementara kincir anginnya hanya ditancapkan pada tanah dengan formasi mengelilingi tubuhnya di pinggir jalan tersebut.

"Sudah 3 tahun," tuturnya saat mengawali pembicaraan dengan TribunSolo.com, Jum'at (26/6/2020).

Meskipun hanya menjual mainan kincir angin, Mbah Siti tinggal selalu bersyukur berapa pun uang yang diperoleh setiap harinya.

Mbah Siti tetap tekun menjajakan mainan kincir angin meski dalam penghasilannya setiap harinya tak menentu.

Bahkan sembari menunggu pembeli yang bersedia membeli dagangannya, nenek itu hanya ditemani sebotol air mineral.

Dalam aktivitas berjualan kitiran untuk anak-anak itu dimulai pukul 09.00 WIB hingga 15.30 WIB..

Mbah Siti biasanya membawa 100 buah mainan kincir angin namun saat itu, ia mengaku dirinya tidak membawa 100 buah.

"Harganya murah hanya Rp 5.000 per buah," aku dia. 

Kisah Dibalik Nenek 65 Tahun yang Nikahi Anak Angkatnya: Dapat Hadiah Paket Pernikahan Gratis

Hendak Menyeberang, Nenek Disambar Motor hingga Terkapar di Jalan Sekitar Barat Flyover Manahan Solo

Setiap hari dengan membawa puluhan buah, mainan yang berasal dari titipan asal Wonogiri hanya laku beberapa saja apalagi pandemi.

"Rata-rata dagangan saya bisa terjual sebanyak 10 buah," tuturnya. 

Mbah Siti merupakan seorang janda yang cerai dengan suaminya di tahun 1982.

Sebelumnya, hasil pernikahan dia dengan mantan suaminya mendapatkan dua anak.

Pasca Mbah Siti bercerai, kedua anaknya tinggal bersama dengan mantan suaminya yang berada di Ujung Pandang.

Sedangkan Mbah Siti tinggal di Klaten tanpa ditemani anak-anaknya.

Kini, Mbah Siti tinggal bersama keponakannya, Topo.

Jauh sebelum berjualan mainan kincir angin, Mbah Siti sebenarnya pernah berjualan kain.

Lantaran biaya produksi yang mahal dan minimnya modal, usaha yang digeluti Siti Rohimah gulung tikar dan beralih profesi sebagai pedagang mainan kincir angin.

Saat ini, Mbah Siti lebih memilih berjualan mainan kincir angin.

"Hasil dari menjual dagangan saya ini tidak bisa ngarani, sedapatnya saja, yang penting halal, dan dapat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," ungkap dia tersenyum.

Seorang pembeli sekaligus anggota Polres Klaten, Briptu Eka, mengaku tertarik membeli mainan kincir angin plastik yang dijual Mbah Siti.

Dengan ditemani rekannya, Briptu Eka membeli dagangan Mbah Siti.

"Saya tertarik dan membeli mainan yang di jual di sana," ucap Eka.

Eka mengaku iba melihat perjuangan Mbah Siti jualan di pinggir jalan.

Dia membeli 4 buah mainan kincir angin yang terbuat dari plastik.

"Saya beli 4 buah, rencanannya ini akan saya letakan di kantor," katanya.

"Sekilas, semangat kerja untuk mencari nafkah dari embahnya patut ditiru, meski sudah sepuh, masih tetap semangat mencari rezeki yang halal," lanjutnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved