Berita Sragen Terbaru
Kisah Dusun Penenun di Kalijambe Sragen, Warga Sudah Mulai Menenun Sejak Tahun 1960
Ada sebuah dusun di Sragen bernama Dusun Wonosari. Warga disana sudah memiliki kemampuan menenun sejak tahun 1960an.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Para penenun ada yang mengerjakan disela-sela bertani dan momong cucu, ada yang memang fokus menenun di rumahnya.
Satu orang bisa mengerjakan hingga 5 helai kain dalam satu minggu.
Penenun tidak hanya dari generasi tua saja, melainkan para generasi muda juga tertarik dengan menenun meski masih dilakukan secara manual.
"Karena tenun ini, jika sekali sudah bisa akan ingat terus, banyak mahasiswa itu kalau pulang kuliah disambi nenun," katanya.
Kain tenun yang dihasilkan dibuat menjadi produk sarung yang dikenal sebagai sarung goyor.
Sarung goyor buatan tangan warga Wonosari kini dipasarkan ke negara-negara Timur Tengah.
Tak hanya itu, kain tenun warga Wonosari juga dipakai sebagai seragam resmi ASN di Kabupaten Sragen, mulai dari Bupati, Kepala Dinas hingga Perangkat Desa setiap hari Selasa.
Tak heran, menurut Darmono penghasilan para penenun lebih besar dari gaji buruh pabrik bahkan ASN sekalipun.
"Kalau di saya ada tukang gambar (desain motif) satu minggu bisa Rp 1 juta, kalau penenun dihargai Rp 75.000 satu lembarnya, satu orang bisa menghasilkan 5-10 lembar per minggunya," terangnya.
Dari situlah, saat ini warga Wonosari banyak yang bisa menyekolahkan anak-anak mereka ke perguruan tinggi. (*)