Berita Sragen Terbaru
Eksistensi Bakul Jamu Gendong di Sragen Masa Kini: Jumlahnya Tak Banyak, Tengah Berupaya Ubah Stigma
Tak banyak yang kini mau menekuni profesi jamu gendong. Terbukti di Sragen, hanya tersisa puluhan ibu-ibu yang masih berprofesi bakul jamu gendong
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
"Kalau bercerita tentang pembentukan organisasi, awal itu mau diajak berkumpul susah, namun dari tahun ke tahun bahwa perempuan sudah mulai berani berbicara," jelasnya.
"Dan mereka semakin menyadari jika jamu gendong bukanlah profesi yang rendah, tapi profesi yang kita harus bangga yang menyediakan minuman sehat untuk banyak orang," tambahnya.
Kata Theresia, dulu ibu-ibu penjual jamu ketika ditanya apa pekerjaannya dijawab dengan ucapan yang lirih serta kepala menunduk karena malu.
Namun, sekarang para ibu-ibu jamu gendong ditanya dengan pertanyaan yang sama, akan menjawab dengan lantang dan bangga atas profesi yang menghidupinya selama puluhan tahun itu.
"Dulu kemarin ditanya, pekerjaannya apa, bakul jamu (diucapkan dengan nada malu), kalau sekarang, pekerjaannya apa, saya bakul jamu, dan dia bisa cerita, karena mereka belajar," pungkasnya.
Diharapkan warisan leluhur tersebut bisa diteruskan oleh generasi muda kedepannya.
Renovasi Rumah dan Sekolahkan Anak dari Jamu Gendong
Suatu usaha jika dilakukan secara konsisten pasti akan membuahkan hasil yang baik.
Seperti yang dilakukan Warni (68) warga Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen.
Sehari-hari Warni merupakan penjual atau bakul jamu gendong keliling yang masih ia lakukan di usia senjanya.
Menurut Warni ia sudah jualan jamu gendong keliling sejak tahun 1989 lalu.
"Berjualan jamu gendong keliling sudah 33 tahun, saat ini masih jualan digendong, jualannya di sekitar Desa Blimbing, Sambirejo," ujarnya kepada TribunSolo.com, Rabu (17/8/2022).
Warni masih meracik sendiri jamu-jamunya, yang terdiri dari jamu kunir asem, beras kencur, temulawak, hingga daun pepaya setiap pagi.
Resepnya pun masih terjaga selama berpuluh-puluh tahun.
Kemudian, sekitar pukul 07.30 WIB, Warni berangkat dari rumahnya di Kecamatan Kedawung ke Kecamatan Sambirejo dengan diantar.
Baca juga: Kendala Pengembangan Jamu dan Obat Herbal di Indonesia, BPOM Singgung Masih Impornya Bahan Baku