Pilpres 2024
Mungkinkah Gerindra dan PDIP Berkoalisi di Pilpres 2024? Pengamat: Sulit karena Figur Prabowo - Puan
Isu koalisi mencuat setelah Gerindra dan PDIP berencana menggelar pertemuan pada Minggu (4/9/2022) mendatang di Hambalang, Bogor Jawa Barat.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, JAKARTA - Gerindra dan PDI Perjuangan (PDIP) diisukan membuka pintu koalisi di Pemilu 2024.
Isu itu mencuat setelah Gerindra dan PDIP berencana menggelar pertemuan pada Minggu (4/9/2022) mendatang di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
Pengamat politik Agung Baskoro menyebut jika pertemuan kedua partai besar itu berpotensi membentuk koalisi.
Meski demikian kata Agung, peluang koalisi Gerindra dengan PDIP cukup kecil.
“Ada peluang (koalisi), walaupun kansnya kecil,” kata Agung Baskoro kepada Tribunnews.com, Jumat (2/9/2022).
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis ini mengungkapkan, kecilnya peluang koalisi antara Gerindra dengan PKB lantaran ceruk ideologis kedua parpol tersebut sama-sama berlatar nasionalis.
Faktor inilah yang membuat keduanya butuh pendamping dengan sosok berlatar belakang agamis.
“Walaupun tak tertutup kemungkinan kedua partai ini berkoalisi sebagaimana pernah terjadi saat Mega-Prabowo maju Pilpres 2009, walaupun berakhir dengan kekalahan,” katanya.
Agung juga mengatakan, Prabowo Subianto yang sudah menyatakan siap menjadi capres pun menjadi sosok kuat yang punya posisi tawar bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Koalisi Indonesia Raya (KIR).
Sedangkan PDIP datang belakangan dan cenderung sedikit ‘terlambat’.
“Ini belum termasuk bahwa PDIP punya warna ideologi yg sama dengan Gerindra,” katanya.
Agung menyinggung, apakah Puan Maharani mau menerima tawaran sebagai cawapres atau Cak Imin kembali tak bisa bertarung dalam pilpres.
“Karena Cak Imin bersama PKB sesungguhnya justru pihak yang paling dibutuhkan Prabowo agar dapat memenangkan pertarungan setelah kalah berturut-turut dalam Pilpres,” ujar Agung.
Sementara itu, peluang koalisi PDIP dengan Gerindra justru menjadi besar seandainya Prabowo Subianto belum mengumumkan diri sebagai capres.
Pasalnya, Gerindra menjadi tidak leluasa ketika sudah mengumumkan sosok capres, kantaran harus menyesuaikan dengan sosok Prabowo Subianto.
“Di satu sisi Gerindra bergantung sama Prabowo karena punya coattail effect. Di sisi yg lain, Prabowo tergantung cawapres yang bisa melengkapi dirinya,” ucap Agung.
“Karena Pilpres 2024 besok, pertarungannya ketiga sebagai capres.”
Pembahasan dalam Pertemuan Gerindra-PDIP
Agung lebih lanjut mengatakan, selain membahas potensi koalisi, pertemuan Gerindra dengan PDIP itu bertujuan menjaga komunikasi politik antar-kedua partai. Pasalnya, PDIP dipimpin oleh Puan saat bertemu Prabowo.
“Setidaknya agar kerjasama yang selama ini sudah terjalin baik di dalam kabinet maupun di luar kabinet dapat terus berlanjut walaupun berbeda poros ketika Pilpres 2024 berlangsung,” katanya.
Agung menilai komunikasi antara PDIP dengan Gerindra juga penting untuk menjaga stabilitas politik nasional di tengah gejolak harga kebutuhan pokok.
Apalagi kedua parpol tersebut berada dalam satu gerbong di pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin saat ini.
“Setidaknya pemerintahan Presiden Jokowi tetap langgeng hingga suksesi terjadi,” ucap Agung. (*)
