Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Siap-siap, BLT BBM Disalurkan Kepada 36.224 Keluarga di Sragen, Tahap Pertama Terima Rp 500 Ribu

Kepala Kantor Pos Sragen, Budi Purnomo mengatakan BLT BBM disalurkan kepada 36.224 KPM pada tahap pertama.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Asep Abdullah
Ilustrasi : Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk masyarakat di Kabupaten Sragen karena imbas kenaikan harga BBM. 

Dampak kenaikan BBM mulai dirasakan ojek becak motor (bentor) dan angkutan kota (angkot).

Selisih kenaikan harga yang cukup jauh, membuat mereka memutar otak.

Salah satu pengemudi bentor, Sugeng (50) mengaku sebenarnya tak setuju dengan kenaikan tersebut.

Namun, apa boleh buat, Sugeng hanya bisa mendukung program pemerintah tersebut.

"Sebenarnya tidak setuju, alasannya karena nyari uang ya susah, tapi kalau sudah ditetapkan naik ya tidak bisa apa-apa lagi, ya sudah setuju-setuju saja," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (5/9/2022).

Semenjak pandemi covid-19, warga yang naik bentor jauh berkurang.

Sugeng sendiri dalam sehari hanya mengantar penumpang sebanyak 2-3 kali, sedangkan ia harus menyisihkan pendapatan lebih dari Rp 10.000.

Dalam keadaan tersebut, Sugeng juga tidak berani menaikkan tarif, lantaran takut kehilangan penumpangnya.

"Sekarang narik itu susah sehari tidak pasti, kadang narik 2 sampai 3 kali," terangnya.

Baca juga: Harga Sayuran di Pasar Boyolali Mulai Meroket, Tapi Telur Ayam yang Sempat Mahal Kini Merosot

Baca juga: Masih Aman, Harga Minyak Goreng hingga Gula Pasir di Pasar Sragen Belum Terdampak Kenaikan Harga BBM

"Tarifnya masih sama Rp 5.000, mau dinaikkan Rp 7.000 takut penumpang nggak mau naik, masalahnya juga banyak saingannya, ada yang mau ada yang tidak," imbuhnya.

Nestapa juga dirasakan Suradi, sopir angkot jurusan Pasar Bunder menuju Terminal Pilangsari.

Ia kini hanya bisa pasrah, lantaran dalam sehari untuk mendapatkan penghasilan kotor Rp 100.000 sangat susah.

"Sekarang enggak ada penumpang, prinsipnya sekarang kuat dilakoni ora kuat dilereni (kuat dilakukan tidak kuat istirahat)," katanya.

"Dapat penghasilan kotor Rp 100.000 itu susah, sekarang minimal beli BBM minimal Rp 50.000, itu sudah cukup karena rumah saya di dalam kota," terangnya.

Sopir angkot lainnya, Basuki (54) berharap sopir-sopir angkot bisa mendapatkan subsidi atau bantuan dari pemerintah.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved