Berita Sragen Terbaru
Senangnya Para Petani di Mondokan Sragen, Dapat Pengobatan Gratis, Pulangnya Bisa Bawa Sembako
Petani di Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen antusias mengikuti pemeriksaan dan pengobatan gratis, pada Rabu (14/9/2022).
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Kisah unik datang dari Desa Bakungan, Kecamatan Karangdowo, Klaten. Sang kepala desa yakni Agus Krisnanto Wisnudiatno, ternyata tak hanya mengabdikan diri sebagai perangkat desa.
Agus diketahui juga memberikan layanan sosial dalam bentuk pengobatan alternatif.
Pengobatan yang ditekuni Agus disebutnya sebagai Pengobatan Akhir Zaman (PAZ).
Dimana jargon yang disematkannya adalah 'sehat tanpa operasi, tanpa obat dan tanpa jimat'.
Baca juga: Usai Dapat Bisikan Gaib, Pria Asal Klaten Temukan Guci Kuno Zaman Dinasti Tang: Rezeki Makin Lancar
Baca juga: Rumah di Cawas Klaten Ditinggal Beraktivitas, Maling Beraksi: Gasak HP, Laptop hingga Tabung Gas
Agus menjelaskan pengobatannya merupakan perbaikan sistem dengan cara mengembalikan tulang rangka ke tempatnya.
"Di sini perbaikan sistem, maka membuat fitrah tulang rangka, dari mulai tulang ekor hingga tulang leher," katanya saat diwawancara TribunSolo.com, Selasa (14/6/2022).
"Karena kalau disini penyebab penyakit itu ada tiga yaitu kendor, kencang, melintir," sambungnya.
Sebelum membuka praktek, Agus sempat mempelajari pengobatan ini melalui pelatihan Al Kasaw terkait ilmu pernafasan dan syaraf terjepit.
"Saya sudah sekitar setahun ini membuka praktek, sampai saat ini kurang lebih 1.000 pasien sudah saya tangani dengan berbagai keluhan," katanya.
Praktek itu berlokasi di kediamannya di Dukuh Bakungan RT 08 RW 04, Desa Bakungan, Kecamatan Karangdowo, Klaten.
Baca juga: Sambaran Petir Akibatkan Jaringan Internet dan Laboratorium Komputer SMP N 1 Juwiring Klaten Mati
Baca juga: Taman Kuliner MPP Klaten Disegel Satpol PP Sejak 7 Juni : Kekhawatiran Rebutan Lahan PKL Jadi Sebab
Biasanya Agus melakukan pengobatan usai selesai menjalani rutinitas sebagai kepala desa.
Sehingga jam buka prakteknya dimulai dari pukul 14.00 hingga 17.30 WIB.
"Dalam sehari saya bisa menangani sampai 7 pasien. Untuk 1 pasien berkisar antara 15 menit hingga 30 menit, semua tergantung pada kondisi pasien," jelasnya.
"Saya dibantu 4 orang, karena kalau saya lakukan sendiri tidak akan maksimal," imbuhnya.
Menurut pengalamannya selama membuka pengobatan tersebut, kesembuhan tergantung pada penyakit pasien.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Seorang-petani-di-Kecamatan-Mondokan-Kabupate.jpg)