Berita Sragen Terbaru

Senangnya Para Petani di Mondokan Sragen, Dapat Pengobatan Gratis, Pulangnya Bisa Bawa Sembako

Petani di Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen antusias mengikuti pemeriksaan dan pengobatan gratis, pada Rabu (14/9/2022).

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Seorang petani di Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen mengikuti pemeriksaan dan pengobatan gratis, Rabu (14/9/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Petani di Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen antusias mengikuti pemeriksaan dan pengobatan gratis, pada Rabu (14/9/2022).

Tak hanya itu, puluhan petani yang datang juga pulang membawa paket sembako dan pakaian pantas pakai.

Salah satu petani, Wagimin mengaku senang karena bisa berobat secara gratis.

"Tadi diperiksa terus dikasih obat, perasaannya senang, juga dapat sembako," ujarnya kepada TribunSolo.com, Rabu (14/9/2022).

Acara pemeriksaan dan pengobatan gratis diikuti antusias oleh para petani, lantaran mungkin hal tersebut jarang mereka lakukan.

Seperti yang dialami Samidi, yang jarang melakukan pemeriksaan kesehatannya.

Biasanya Samidi pergi ke dokter untuk mengobati gatal pada kulitnya saja.

"Seringnya pergi ke dokter kulit di Sragen, ada gangguan kulit, keluhan saya gatal," kata Samidi.

"Kalau periksa kesehatan yang lain jarang, Alhamdulillah tadi diperiksa normal semua, keluhan saya hanya gatal," tambahnya.

Baca juga: BLT BBM Tahap Kedua di Sragen Mulai Disalurkan, Sudah Diterima 41.374 Keluarga Penerima Manfaat

Baca juga: Sosok Pujono, Namanya Mendadak Muncul Jadi Calon Bupati Sragen 2024: Dulu Pedagang Asongan

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian hari ulang tahun MA Negeri 1 Sragen.

Kepala MAN 1 Sragen, Windrati mengatakan paket sembako yang disiapkan total ada 100 paket.

"Kita siapkan 100 paket, yang berisi gula, beras, minyak goreng, mie instan dan teh," katanya kepada TribunSolo.com.

"Tidak batasi, warga yang datang kita layani, sekaligus kita tenaga kesehatan yang kita bawa merupakan siswa alumni MAN 1 Sragen," pungkasnya.

Pengobatan Alternativ

Kisah unik datang dari Desa Bakungan, Kecamatan Karangdowo, Klaten. Sang kepala desa yakni Agus Krisnanto Wisnudiatno, ternyata tak hanya mengabdikan diri sebagai perangkat desa.

Agus diketahui juga memberikan layanan sosial dalam bentuk pengobatan alternatif.

Pengobatan yang ditekuni Agus disebutnya sebagai Pengobatan Akhir Zaman (PAZ).

Dimana jargon yang disematkannya adalah 'sehat tanpa operasi, tanpa obat dan tanpa jimat'.

Baca juga: Usai Dapat Bisikan Gaib, Pria Asal Klaten Temukan Guci Kuno Zaman Dinasti Tang: Rezeki Makin Lancar

Baca juga: Rumah di Cawas Klaten Ditinggal Beraktivitas, Maling Beraksi: Gasak HP, Laptop hingga Tabung Gas

Agus menjelaskan pengobatannya merupakan perbaikan sistem dengan cara mengembalikan tulang rangka ke tempatnya.

"Di sini perbaikan sistem, maka membuat fitrah tulang rangka, dari mulai tulang ekor hingga tulang leher," katanya saat diwawancara TribunSolo.com, Selasa (14/6/2022).

"Karena kalau disini penyebab penyakit itu ada tiga yaitu kendor, kencang, melintir," sambungnya.

Sebelum membuka praktek, Agus sempat mempelajari pengobatan ini melalui pelatihan Al Kasaw terkait ilmu pernafasan dan syaraf terjepit.

"Saya sudah sekitar setahun ini membuka praktek, sampai saat ini kurang lebih 1.000 pasien sudah saya tangani dengan berbagai keluhan," katanya.

Praktek itu berlokasi di kediamannya di Dukuh Bakungan RT 08 RW 04, Desa Bakungan, Kecamatan Karangdowo, Klaten.

Baca juga: Sambaran Petir Akibatkan Jaringan Internet dan Laboratorium Komputer SMP N 1 Juwiring Klaten Mati

Baca juga: Taman Kuliner MPP Klaten Disegel Satpol PP Sejak 7 Juni : Kekhawatiran Rebutan Lahan PKL Jadi Sebab

Biasanya Agus melakukan pengobatan usai selesai menjalani rutinitas sebagai kepala desa.

Sehingga jam buka prakteknya dimulai dari pukul 14.00 hingga 17.30 WIB.

"Dalam sehari saya bisa menangani sampai 7 pasien. Untuk 1 pasien berkisar antara 15 menit hingga 30 menit, semua tergantung pada kondisi pasien," jelasnya.

"Saya dibantu 4 orang, karena kalau saya lakukan sendiri tidak akan maksimal," imbuhnya.

Menurut pengalamannya selama membuka pengobatan tersebut, kesembuhan tergantung pada penyakit pasien.

Ada yang satu kali tuntas diobati, namun ada juga yang harus berulang kali kembali.

Dia mencotohkan khusus pasien struk membutuhkan 4 sampai 5 kali pengobatan.

Kebanyakan pasiennya berasal dari Solo Raya, namun beberapa dari DIY dan Jawa Tengah pun ada.

Baca juga: Fakta Khilafatul Muslimin di Solo, Sukoharjo, Klaten & Karanganyar : Rekrut Orang Dekat Sejak Lama

Soal tarif, Agus menyebut wilayah Solo Raya mencapai Rp300 ribuan jika menilik regulasi yang ada.

Sedangkan di daerah Bandung dikatakannya bisa mencapai Rp400 ribuan.

Dengan dalih sebagai penghargaan terhadap profesi, Agus menyebut tempatnya tidak menggratiskan pengobatan.

"Namun ada pengecualian bagi orang yang tidak mampu atau tidak punya, maka tetap kita layani. Karena yang terpenting selain kesembuhan adalah dakwah dan kemanusiaan," kata Agus.

"Saat ini lebih banyak orang yang sakit dari pada orang yang bisa menyembuhkan. Dari situ saya terinspirasi, jika banyak yang bisa menyembuhkan maka akan semakin banyak yang tertolong," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved