Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Piala Dunia 2022

Protes Pelatih Lazio, Jadwal Laga Makin Padat Jelang Piala Dunia 2022 : Sepak Bola Bukan Bisnis

Pelatih Lazio protes soal semakin padatnya laga jelang piala dunia 2022. Sebut Sepak bola harus dipisahkan dari bisnis.

TribunSolo.com/AFP
Pelatih Lazio, Maurizio Sarri. 

TRIBUNSOLO.COM – Padatnya Jadwal pertandingan jelang Piala Dunia 2022 mulai dikeluhkan beberapa klub.

Protes dilayangkan oleh Pelatih Lazio, Maurizio Sarri.

Lazio diketahui saat ini harus bermain dalam dua kompetisi.

Sedangkan, Seria A Liga Italia salah satunya, akan memadatkan jadwal pertandingan sebagai ganti hilangnya waktu satu bulan selama Piala Dunia 2022.

Baca juga: Cederanya Diogo Jota Kala Bela Liverpool, Jadi Mimpi Buruk bagi Timnas Portugal Jelang Piala Dunia

Akibatnya, tim-tim perserta harus bermain sebanyak 7 hingga 9 pertandingan dalam bulan ini dan liga akan mulai memasuki jeda pada 13 November nanti.

Lazio sendiri akan memainkan total 8 pertandingan di Liga Italia dan Liga Europa.

Para pemain hanya diberi waktu jeda antarlaga hanya selama 3 hingga 4 hari saja.

Karena itulah Sarri mengeluhkan hal tersebut.

"Sepak bola harus diselamatkan dari dirinya dan institusinya," kata Sarri, dikutip dari Football Italia.

Baca juga: Piala Dunia 2022 : Neymar Tak Sendiri Lagi, Menantikan Kejayaan Brasil Setelah Redup Selama 20 Tahun

"Kami akan menyusuri jalan di mana tidak mungkin untuk menunjukkan keindahan."

"Harus memainkan 60 hingga 70 pertandingan setahun membuat pemain kurang berlatih dan menghasilkan permainan yang kurang spektakuler." jelasnya.

Ia menyinggung bagaimana kini olahraga telah dialihkan menjadi bisnis.

Lebih lanjut lagi, Sarri juga menilai bahwa semakin modern sepak bola, maka semakin tidak bermoral bagi para pemain sebab dapat menimbulkan cedera.

Baca juga: Qatar Jadi Negara Kedua yang Menyelenggarakan Piala Dunia di Asia, Lawan Ekuador di Laga Pembuka

Eks pelatih Juventus ini beranggapan hal tersebut hanya bisnis semata dan tidak adil bagi para pemain dan pelaku sepak bola secara langsung lainnya.

"Kita berada di saat olahraga telah menjadi bisnis, di mana penampilan lebih penting. Itu konyol," ucap Sarri menambahkan.

"Ini sama tidak bermoralnya dengan dunia saat ini. Jika seorang aktor mendapat 30 juta euro (Rp454 miliar) untuk sebuah film, itu tidak bermoral, tetapi kemudian pendapatan membenarkannya."

"Saya pikir itu tidak adil, tetapi itu adalah bagian dari dunia saat ini," tutur Sarri mengakhiri. (*)

Sumber: BolaSport.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved