Klaten Bersinar
Kongres Bank Sampah di Klaten Resmi Ditutup : Ada Rekomendasi Kembangkan Budidaya Ulat Maggot
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Rapat Koordinasi Kongres Bank Sampah Pengelolaan Sampah dan Pameran (Rakopam) di Klaten resmi ditutup, Jumat (28/10/2022).
Ketua Rakopam, Wisnumurti Wibowo mengatakan, acara yang digelar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten sukses.
Dirinya mengungkapkan jika Rakor Sampah menghasilkan sejumlah rekomendasi khususnya soal pengelolaan sampah rumah tangga di tinggat desa.
Pihaknya mengungkapkan jika pemerintah ditinggkat desa dapat membuat sejumlah aturan terkait pemilahan sampah di setiap rumah yang dihasilkan warga.
"Kemudian setiap desa berkenan untuk mengalokasikan dana desa untuk pengelolaan sampah, sesuai dengan kemampuan desa. Tentunya kita dorong agar desa menggunakan Perdes (Peraturan Desa)," ujarnya kepada TribunSolo.com.
Menurutnya pengurangan yang selalu didorong adalah pengolahan sampah di tingkat rumah tangga.
Lantaran sampah di tingkat rumah tangga adalah bagian penting dari pengurangan dan penanganan pengelolaan sampah.
"Agar TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tidak kita yang usianya kurang lebih 3 tahun ini dapat lebih panjang, syukur bisa menjadi TPA permanen dan tidak perlu menambah TPA lagi," tegasnya.
"Agar bisa menjadi permanen, maka sampah yang masuk harus terkelola dan dapat dimanfaatkan secara proporsional sehingga tidak akan menambah area TPA," tambahnya.
Baca juga: GP Mania Deklarasi 2024 Ganjar Presiden, Ikrar Setia Kawal Ganjar Sebagai Putra Terbaik Tawangmangu
Baca juga: Hadiri KTT Y20 di Solo, Ganjar Pranowo Pakai Batik Bergambar Naga,Ridwan Kamil Bercorak Mega Mendung
Selain itu, perlu adanya perubahan pola pikir soal sampah di masyarakat kita.
"Terkait penerapan regulasi yang ada masyarakat tentang sampah dapat ditangani dengan merubah pola pikir yang ada di masyarakat. Masyarakat harus bisa dibuat agar sampah bisa menghasilkan (uang) karena sampah tidak hanya dibuang atau dibakar," paparnya.
Dengan perubahan pola pikir, dapat merubah anggapan serta tindakan masyarakat dalam menyikapi sampah yang ada di lingkungannya.
"Kemudian dari sisi ekonomi kita coba untuk menganggap sampah masih memiliki nilai atau harga, dari nilai ini maka kita mendapatkan nilai sirkular ekonomi. Kita menghasilkan plastik dan plastiknya masih bisa dimanfaatkan orang lain dan kita diganti uang," ungkapnya.
"Kemudian kawan-kawan bisa memberikan masukan kepada produsen untuk membuat kemasan-kemasan yang biodegradable (dapat terurai alami)," imbuhnya.
Sementara itu, khusus untuk kongres bank sampah, dirinya menyampaikan jika saat ini di Kabupaten Klaten ada sekitar 60 bank sampah baik itu bank sampah mandiri atau binaan DLH Klaten.
"Ada salah satu keluarga yang kita apresiasi (beri penghargaan), satu keluarga itu yang mampu memanfaatkan sampah yang mereka punya untuk menghasilkan nilai ekonomis, ada lagi yang satu komunitas di desa mereka juga mengumpulkan sampah anorganik dan dijual agar bisa didaur ulang kembali," ungkapnya kepada TribunSolo.com.
Baca juga: Hadiri KTT Y20 di Solo, Ganjar Pranowo Pakai Batik Bergambar Naga,Ridwan Kamil Bercorak Mega Mendung
Wisnu menjelaskan, jika penyelenggaraan pameran merupakan wadah untuk berekspresi baik itu dari relawan bank sampah, pegiat lingkungan atau warga masyarakat yang menjual karya olahan dari limbah untuk mendapatkan nilai ekonomis.
Dalam kesempatan itu, dirinya juga menyebutkan ada satu komunitas yang dinilai mampu mengolah sampah organik hingga puluhan ton dalam sehari yakni Forum komunikasi Maggot Klaten.
"Karena dari maggot sendiri itu bisa menyelesaikan sampah organik hingga 40 persen dari sekitar 250 ton per hari. Teman-teman sampaikan sanggup dan berkomitmen untuk menghabiskan 250 ton per hari," ungkapnya.
"Jika benar-benar bingung dapat terwujud maka kita hanya perlu menyelesaikan 60 persen sampah, 20 persen sama lainnya adalah sampah residu atau Pampers yang harus dikelola secara khusus," imbuhnya.
"Apabila itu semua dapat kita kelola maka usia TPA kita dapat tertangani sehingga bisa panjang umur," harapnya.
Sub Koordinator Faktor Pengurangan Sampah dan Limbah DLH, Nuri Muthi 'ah menjelaskan, dengan adanya budidaya maggot dirinya optimis dapat menggurangi sampah organik.
Dirinya mengatakan jika secara keseluruhan, dalam sehari sampah yang dihasilkan di Kabupaten Klaten sekitar 580 ton.
"Dengan budidaya maggot, 1 kilo maggot dapat mengurangi 10 kilo sampah organik," terangnya.
"Dengan 150 pembudidaya dapat mengurangi ratusan ton sampah setiap hari, dari itu kita bisa mentargetkan pengurangan sampah di tahun 2022 sampai dengan 30 persen," ungkapnya optimis.
Nuri mengungkapkan jika saat ini pihaknya tengah mengejar target dari Kebijakan Strategi Nasional (Jakstranas) Pengelolaan Sampah.
Dimana Indonesia menargetkan reduksi sampah hingga 30 persen dengan tingkat pengelolaan sampah sebesar 74 persen yang diturunkan menjadi Kebijakan Strategi Daerah (Jakstrada) Pengelolaan Sampah dengan angka yang sama. (*)