Liga Inggris
Pemain MU dan Erik ten Hag Kecewa Berat, Merasa Dibohongi Cristiano Ronaldo soal Wawancara
Jurnalis Skysport Kaveh Solhekol menulis bagaimana wawancara Cristiano Ronaldo membuat para pemain Manchester United dan Erik ten Hag kecewa berat.
Penulis: Tribun Network | Editor: Aji Bramastra
TRIBUNSOLO.COM, INGGRIS - Wawancara Cristiano Ronaldo yang menghebohkan membuat para pemain Manchester United kecewa berat.
Selain para pemain, Erik ten Hag atau ETH juga syok setelah membaca wawancara Cristiano Ronaldo dengan host talkshow asal Inggris, Piers Morgan.
Baca juga: Geger, Cristiano Ronaldo Resmi Umumkan Perang Lawan Manchester United dan Erik ten Hag
Hal itu diungkap oleh jurnalis SkySports, Kaveh Solhekol.
Kavel Solhekol menulis kabar ini lewat sebuah utas di Twitter.
Menurut Solhekol, hal yang membuat pemain MU dan Erik ten Hag kecewa berat adalah Cristiano Ronaldo berbohong soal kondisinya.
Sebelum lawan Fulham, ETH sudah mengatakan ke Ronaldo, bila dia tidak akan turun sebagai pemain starter.
Tapi, ETH mengatakan, Ronaldo tetap akan masuk daftar pemain cadangan.
Ronaldo kemudian mengatakan, ia tak enak badan.
ETH pun akhirnya tak memasukkan nama Ronaldo ke tim sama sekali.
Tapi tak disangka, Ronaldo nyatanya malah tampil dalam wawancara eksklusif bersama Piers Morgan.
Dalam wawancara itu, Ronaldo mengatakan semua klaimnya, bila diperlakukan sangat buruk di Manchester United.
Satu pria yang paling kena getahnya adalah ETH.
Ronaldo mengatakan tak menaruh respek pada ETH.
Yang makin membuat pemain MU dan ETH syok, mereka baru membaca wawancara itu begitu selesai menyelesaikan laga melawan Fulham.
Padahal, di laga itu para pemain MU sejatinya bersukacita.
Mereka bisa menang lawan Fulham lewat gol Alejandro Garnacho di menit akhir.
"Pemain dan manajemen tak habis pikir, mengapa Ronaldo sampai bisa mengatakan hal seperti itu,".
"Tak ada satu pun pemain dan staff di Manchester United yang tak menaruh respek pada Ronaldo, bahkan saat Ronaldo mangkir latihan pramusim, juga saat Ronaldo mogok main saat lawan Spurs," tulis Kaveh Solhekol. (*)