Berita Sragen Terbaru
Cerita Tentang Makam Kuno di Karungan Sragen, Warga Sebut Makam Nyi Ageng Serang
Ada sebuah kisah yang diceritakan turun temurun tentang makam kuno di Desa Karungan, Sragen. Makam itu diyakini adalah makam Nyi Ageng Serang.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Terdapat makam kuno di tempat pemakaman umum Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
Makam tersebut terletak di pinggir sungai tua, yang nampak berbeda dengan makam-makam lainnya.
Makam tersebut ditandai dengan kijing berupa tumpukan batu, dengan tinggi kurang lebih 50 cm.
Sayangnya, nisan makam tersebut sudah tidak utuh lagi, dan hanya tersisa separuh di kedua ujungnya.
Makam tersebut dikelilingi pagar besi, dan tidak terdapat bangunan yang melindungi makam tersebut.
Meski begitu, makam tersebut bersih baik dari rumput atau tumbuhan lainnya.
Kepala Desa Karungan, Joko Sunarso mengatakan, orang tua dulu menyebut sosok yang dimakamkan disitu adalah Nyi Ageng Serang, namun warga mengenalnya dengan nama Raden Ayu Serang.
Nyi Ageng Serang bukanlah nama yang asing di telinga masyarakat Indonesia, yang makamnya selama ini diketahui berada di tengah Waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah.
Namun, karena ada pembangunan Waduk Kedung Ombo, makam tersebut kabarnya sudah dipindah ke Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kisahnya paling membekas dibenak ialah perjuangan Nyi Ageng Serang yang ikut menjadi pemimpin pasukan saat awal Perang Diponegoro tahun 1825.
Waktu itu, Nyi Ageng Serang berusia 73 tahun, dengan gagah berani menumpas pasukan Belanda.
Tak hanya itu, Nyi Ageng Serang juga menjadi penasehat perang kala itu, sehinga tidak salah, Nyi Ageng Serang dinobatkan menjadi pahlawan nasional Indonesia.
Joko mulai penasaran dengan makam kuno tersebut, ketika ia berziarah seorang diri dan mencium bau aroma wangi yang khas.
"Waktu itu saya berziarah kesini, sendirian, padahal tidak ada orang atau tidak ada yang membakar dupa, tapi ketika jam 00.00 WIB, aroma itu hilang, setelah itu saya jadi penasaran," katanya kepada TribunSolo.com.
Baca juga: Cikal Bakal Desa Karungan Sragen, Berasal dari Sentong Pendopo Tempat Persembunyian Nyi Ageng Serang
Kemudian, Joko menemui seorang warga Ungaran, yang merawat makam tersebut, dan barulah ia tahu kisah Raden Ayu Serang.
Sosok perempuan itu datang ke suatu wilayah yang masih berbentuk hutan dalam keadaan sakit pada tahun 1825.
Kemudian, disana didirikan sebuah pendopo yang menghadap ke timur, dimana setiap sudutnya dijaga oleh pengawal Raden Ayu Serang.
Bukan tanpa alasan, daerah tersebut dijadikan tempat persembunyian Raden Ayu Serang dan pengikutnya, yang juga bagian dari strategi perangnya.
"Pertahana paling kuat itu ada di Kawistu, paling timur Karungan, kalau orang mau masuk kesini pasti selalu bingung, karena harus melewati sungai yang unik, yakni melingkar-lingkar berbentuk huruf S," jelasnya.
"Tempatnya itu ditengah sungai, sehingga musuh mau masuk ke pertahanan itu tidak bisa, karena dari arah mana-mana dikelilingi sungai, musuh sulit menembus Kawistu itu," jelasnya.
Raden Ayu Serang menjalani sisa-sisa hidupnya di tempat tersebut hingga menghembuskan nafas terakhir.
Setelah kepergiannya, Raden Ayu Serang dimakamkan tak jauh dari pendopo, dan pendopo tersebut tidak ada yang berani menempati.
Kemudian, para pengawal Raden Ayu Serang terlanjur nyaman hidup di daerah tersebut, sembari menjadikan wilayah yang dulunya hutan, disulap menjadi kebun dan sawah.
Hasil panen bercocok tanam mereka kemudian dimasukkan ke dalam karung, dan disimpan di Sentong Pendopo.
"Kemudian, apabila ada warga yang gagal panen, disuruh ambil hasil bumi tersebut, sehingga rasa solidaritasnya begitu tinggi," jelasnya.
Nilai-nilai itulah yang masih dipertahankan warga Desa Karungan hingga kini.
Kedepannya, pihak pemerintah desa ingin menjadikan keberadaan makam tersebut sebagai wisata religi, yang digabung dengan Pasar Bahulak yang lebih dulu ada.
"Mungkin kedepannya, disamping makam itu dipasang keramik, untuk orang berziarah, nanti bisa digabung dengan Pasar Bahulak, karena jaraknya tidak terlalu jauh," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.