Lee Soo Man Tuntut Perusahaan yang Ia Dirikan Sendiri, SM Entertainment Terkait Pelanggaran Bisnis

TRIBUNSOLO.COM - Produser musik kenamaan, Lee Soo Man (70) yang merupakan pendiri SM Entertainment (SM Ent) sekaligus pencetus Korean Wave, menggugat SM Entertainment karena melanggar undang-undang bisnis.

Sebagai informasi, Lee Soo Man tak lagi menjabat sebagai eksekutif produser SM Entertainment terhitung sejak 3 Februari 2023.

Baca juga: Hanni NewJeans Ditunjuk Jadi Global Ambassador untuk Armani Beauty, Setelah Terpilih Jadi BA Gucci

Hal ini dikarenakan kontrak eksklusif Lee Soo Man dan SM Entertainment telah berakhir. 

Meskipun tak lagi sebagai eksekutif produser, sampai saat ini Lee Soo Man masih menjadi pemegang saham terbesar SM Entertainment.

Lee Soo Man memiliki sekitar 18,73 persen saham perusahaan terhitung per Desember 2020.

Sementara itu terkait gugatan Lee Soo Man untuk SM Ent, perwakilan hukum-nya, Hwawoo, merilis pernyataan tentang masalah tersebut.

Hwawoo menyatakan SM Ent dan Kakao terlibat dalam praktik ilegal agar Kakao menjadi pemegang saham terbesar kedua di SM Entertainment.

Baca juga: Banyak Skandal Bully di KorSel, Aktor/Aktris yang Terbukti Pernah Lakukan Bully-ing Bakal Ganti Rugi

Setelah kontrak produksi Lee Soo Man dengan SM Entertainment berakhir, co-CEO perusahaan, Lee Sung Soo dan Tak Young Joon, dikatakan telah memutuskan hubungan dengan eksekutif produser dan merilis rencana untuk SM 3.0 tanpa memberi tahu Lee Soo Man.

Kemudian SM Entertainment mengumumkan bahwa mereka akan menerbitkan saham baru di perusahaan tersebut.

Artinya, Lee Soo Man tidak terima karena SM Entertainment secara tidak langsung baru saja mendistribusikan saham baru dan obligasi ke pada pihak ketiga (Kakao) untuk memperluas jangkauan dan mencari keuntungan sendiri tanpa sepengetahuannya. 

Perwakilan hukum Lee Soo Man mengkonfirmasi:

Baca juga: Song Joong Ki LDR dengan Istri,Berangkat ke Hongaria untuk Syuting Film Netflix My Name is Loh Kiwan

"Dewan direksi SM Entertainment secara sepihak mendistribusikan saham baru dan obligasi konversi kepada Kakao pihak ketiga untuk memperluas jangkauan mereka dan membuat hal-hal yang lebih menguntungkan bagi mereka saat mereka mencoba mengamankan keunggulan kompetitif ke arah perusahaan."

(*)