Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pak Mul Hick Gaul Meninggal

Kesaksian Tetangga Soal Pemilik Hick Gaul Pak Mul Sebelum Sukses: Pernah Jadi Petugas BTL Hingga TKI

Lasno atau Pak Mul pernah bekerja sebagai penjual barang peralatan keliling hingga menjadi petugas biro teknik listrik (BTL) di Kabupaten Karanganyar.

Tribunsolo.com/Mardon Widiyanto
Suasana rumah duka Pak Mul pemilik Hick Gaul di jalan Solo-Tawangmangu, Dukuh Ngargosari, Kelurahan Popongan, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar, Minggu (2/4/2023). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Sebelum dikenal sebagai pengusaha kuliner Hick Gaul Pak Mul, Lasno Agung Mulyono ternyata pernah mencoba berbagai pekerjaan lain.

Lasno atau Pak Mul pernah bekerja sebagai penjual barang peralatan keliling hingga menjadi petugas biro teknik listrik (BTL) di Kabupaten Karanganyar.

Pria yang tutup usia pada usia 56 tahun itu juga pernah bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Hal ini diungkapkan Dandit (50), salah satu tetangga almarhum di Dusun Ngarjosari, Kelurahan Popongan, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar.

Dia mengatakan almarhum bersama sang istri Sri Mulyani tinggal di rumah Perum Koppri atau Perum RSS di Dusun Dukuh, Kelurahan Popongan, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar.

"Awalnya datang ke Karanganyar almarhum berjualan alat rumah tangga dan berkeliling di sekira Perum RSS (Perum Koppri) menggunakan sepeda motor," kata Dandit kepada TribunSolo.com, Minggu (2/4/2023).

Saat itu, almarhum bersama istri membeli rumah di sana.

Baca juga: BREAKING NEWS: Pemilik Wedangan Hick Gaul Pak Mul Meninggal, Dunia Kuliner Karanganyar Berduka

Baca juga: Pak Mul Pendiri Wedangan Hick Gaul Karanganyar Meninggal : Dari Warung HIK Bisa Umrohkan Karyawan

Istri almarhum yaitu Sri Mulyani saat itu merupakan guru di sekolah dasar di Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

"Pak Mul di sini sejak usia 40-an tahun, almarhum pernah bekerja sebagai petugas BTL sampai jadi TKI di luar negeri," kata Dandit.

Barulah pada tahun 2002, almarhum kemudian membangun wedangan/angkringan di sekitar perumahannya.

Setahun berselang, wedangan yang sederhana dipindah ke dekat terminal Tegalgede.

"Kemudian dagangannya berkembang pesat dan bisa beli tanah saat itu, anak-anaknya ada yang jadi pegawai negeri dan polisi," ungkap dia.

Almarhum disebutnya merupakan orang Sawit, Boyolali.

Dandit tak terlalu mengetahui masa kecil almarhum karena keluarga almarhum berada di Karanganyar saat sudah dewasa.

"Semasa hidupnya Almarhum baik, bahkan para pegawainya diberikan kesempatan umroh," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved