Bisphenol A/BPA Kontaminan Pangan dan Clinic Impact Menurut Dosen Fakultas Pertanian UTP
BPA dapat meningkatkan penyimpanan lemak dalam tubuh dan mengganggu regulasi hormon yang mengatur nafsu makan dan metabolisme energi
TRIBUNSOLO.COM - Bisphenol A (BPA) atau kerap dikenal dengan singkatan BPA adalah salah satu zat kimia yang terkandung dalam plastik dan digunakan dalam berbagai produk seperti botol minuman, wadah makanan, dan lapisan dalam kaleng makanan.
Penggunaan BPA sendiri ternyata sudah sejak tahun 1960-an.
Penggunaan BPA yang semakin meluas mendapat perhatian dari publik, dimungkinkan tingkat paparan yang tinggi dan kekhawatiran terhadap dampak kesehatan atau clinic impact.
Dr. Ir. Sapto Priyadi, MP selaku dosen Fakultas Pertanian UTP memaparkan kekhawatiran dampak Kesehatan dari BPA.
Menurutnya BPA dalam tubuh manusia dapat diekskresikan, tetapi juga dapat terakumulasi tergantung pada jumlah paparan dan kapasitas tubuh untuk mendetoksifikasi senyawa tersebut.
BPA yang masuk ke dalam tubuh, biasanya melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, dan dapat dimetabolisme oleh liver.
Baca juga: UTP Surakarta Luluskan 200 Mahasiswa, Program Sarjana dan Magister, 15 Diantaranya Lulus Lebih Cepat
“Saat di dalam liver, BPA diubah menjadi bentuk yang larut dalam air (BPA glukuronida atau BPA sulfat) melalui proses glukuronidasi atau sulfasi. Senyawa ini diekskresikan melalui urin. BPA mempunyai waktu paruh yang relatif singkat sekitar 4 sampai 6 jam di dalam tubuh, sehingga tidak bertahan lama di dalam tubuh," jelas Sapto.
Sapto menambahkan bahwa banyak masyarakat yang tanpa sadar terpapar BPA setiap hari melalui makanan, minuman, dan produk konsumen lainnya.
Paparan yang terus-menerus ini menunjukkan bahwa meskipun BPA telah dihilangkan dengan cepat, tubuh terus terpapar zat-zat baru, sehingga menciptakan keadaan paparan kronis yang dapat menimbulkan efek kesehatan seiring berjalannya waktu.
“Karena BPA sangat tersedia secara hayati, ia dapat memasuki aliran darah dengan cepat setelah terpapar, terutama melalui jalur oral, dan dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh, bahkan untuk waktu yang singkat.” tambahnya.
Sementara itu, penelitian pada hewan dan beberapa penelitian pada manusia telah menghubungkan paparan BPA dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk masalah perkembangan dan reproduksi pada anak-anak, obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.
Baca juga: Dies Natalis UTP ke-44 :Lestarikan Warisan Budaya Lewat Pagelaran Wayang Kulit
BPA dapat meningkatkan penyimpanan lemak dalam tubuh dan mengganggu regulasi hormon yang mengatur nafsu makan dan metabolisme energi, yang pada akhirnya menyebabkan obesitas.
Parahnya lagi BPA dapat meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif (ROS) yang menyebabkan stres oksidatif dalam sel.
Menurut Sapto, stres oksidatif didefinisikan sebagai kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara produksi spesies oksigen reaktif (ROS) atau radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk menetralkan dengan antioksidan (endogen maupun eksogen).
“Stres oksidatif dapat merusak DNA, protein, dan lipid, yang pada akhirnya berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit, termasuk kanker, penyakit jantung, gangguan neurodegenerative sampai pada penuaan (aging).”, imbuhnya
Simak Tips Menjaga Stamina 10 Hari Terakhir Ramadan Nutrisi untuk Tetap Kuat Beribadah! |
![]() |
---|
Ini Lho Waktu Terbaik Olahraga Saat Puasa, Yuk Simak Penjelasan dari Ahli Pangan UTP Surakarta! |
![]() |
---|
UTP Surakarta Kukuhkan Empat Guru Besar, Siap Kontribusi Lebih untuk Kesejahteraan Masyarakat! |
![]() |
---|
Luar Biasa! Tim Rancang Bangun UTP Raih 2 Juara pada Kompetisi Internasional di Malaysia |
![]() |
---|
UTP Surakarta Gelar Wisuda Periode II T.A 2023/2024: Prodi SIKC Mewisuda Angkatan Pertama! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.