Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kuliner di Wonogiri

Oleh oleh Khas Wonogiri Geti Wijen, Camilan Tradisional yang Awet Hingga 2 Bulan

Endar mengungkapkan bahwa ada tiga varian rasa yang dapat dipilih, yaitu original, kacang, dan mete.

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
Tribunsolo.com/Erlangga Bima Sakti
Geti wijen, makanan khas Wonogiri 

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Geti Wijen adalah salah satu camilan tradisional Wonogiri, Jawa Tengah. 

Salah satu tempat yang terkenal dengan produksi Geti Wijen adalah Dusun Geneng, Desa Purwosari, Kecamatan Wonogiri Kota.

Camilan yang terbuat dari biji wijen ini sangat populer di kalangan masyarakat setempat, dan telah menjadi oleh-oleh yang banyak dicari oleh wisatawan.

Salah satu pembuat Geti Wijen yang terkenal di daerah tersebut adalah Endarti, atau Endar. 

Baca juga: Uniknya Sambutan Pemudik di Wonogiri, Perantau Datang Disediakan Makan Malam Soto 

Dalam proses pembuatan camilan ini, Endar mengungkapkan bahwa ada tiga varian rasa yang dapat dipilih, yaitu original, kacang, dan mete.

"Original itu resep warisannya nenek saya, Mbah Atmo. Kalau kacang itu resep warisannya ibu saya, Bu Yati. Terus kalau mete varian saya sendiri," kata Endar, seperti yang dikutip dari kanal YouTube Wonogiren.

Proses Pembuatan Geti Wijen

Bahan geti wijen sangatlah sederhana, yakni hanya biji wijen, jahe, gula merah dan gula pasir.

Keempat bahan itu diolah secara tradisional menggunakan kompor kayu bakar.

Mulanya biji wijen dicuci. Setelah itu, wijen ditiriskan sekitar lima menit. Wijen kemudian di sangrai hingga matang.

Terpisah, tenaga lain perlu mempersiapkan gula yang dicairkan kemudian dibuat kental seperti jenang.

Adapun komposisinya 5 kilogram gula jawa, 1,5 kilogram gula pasir dan 2 gayung air.

Baca juga: 5 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Kota Solo, Paling Populer Nomor 5

Jika sudah mengental, wijen dimasukkan ke dalam dan diaduk terus hingga kalis.

Setelah itu adonan diangkat dan letakkan di tepak kemudian diiris sesuai ukuran yang diinginkan.

Selanjutnya adonan diiris atau dipotong menjadi kotak-kotak kecil dan langsung dimasukkan ke plastik atau dikemas sebelum akhirnya dipasarkan.

Dalam sehari, dia memproduksi 25 kilogram biji wijen untuk diolah menjadi geti maupun enting.

Dalam seminggu, dia kadang memproduksi hingga tiga kali.

Jika Ramadan, permintaan selalu melonjak, ia bahkan bisa memproduksi 50-70 kilogram per hari.

Produksi itu dilakukan mulai pukul 07.00-15.00 WIB.

Geti wijen ini awet hingga dua bulan, jadi cocok untuk oleh-oleh atau camilan.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved