Klaten Bersinar

Sosok Sukiman, Pria di Klaten yang Tekuni Profesi Unik, Buka Jasa Kawinkan Kambing 

TribunSolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo
UNIK. Sukiman (60) berprofesi membuka jasa kawin hewan kambing, di Dukuh Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Selasa (20/5/2025). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Jasa mengawinkan hewan ternak kambing merupakan profesi yang jarang ditemukan.

Namun, profesi ini dilakoni oleh seorang kakek asal Dukuh, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Selasa (20/5/2025).

Sukiman (60) telah menjalani profesi jasa mengawinkan ternak kambing selama puluhan tahun.

“Dari tahun 90-an sudah mulai,” ujarnya.

Sukiman menceritakan bahwa awalnya ia berprofesi sebagai tukang batu dan sempat merantau ke Jogja.

Hingga akhirnya, ia mulai beternak kambing sendiri.

“Ternak dulu. Dulu saya punya lima betina. Hasilnya buat bayar sekolah anak, setahun bisa bayar satu kali,” paparnya.
Jenis kambing yang ia pelihara adalah Bligon atau Jawarandu.

Lambat laun, warga di lingkungan sekitar mulai meminta bantuannya untuk mengawinkan kambing peliharaan mereka.

Dari situ, Sukiman mulai dikenal dengan panggilan “naib kambing”.

Sejak tahun 1997, ia memutuskan untuk menekuni pekerjaan mengawinkan ternak kambing secara serius.

Kini, ia hanya memelihara kambing jantan jenis Bligon dan PE (Peranakan Etawa).

Baca juga: Tak Menghindar, Bupati Klaten Hamenang Temui Pendemo, Janji Selesaikan Keluhan soal Sampah

“Kemarin punya sembilan, dijual dua tanggal 7,” ucapnya.

Kambing-kambing itu ia pelihara di kandang berukuran 3 x 11 meter dan 2,5 x 3 meter.

Dalam sebulan, ia hampir selalu menerima “pasien” untuk dikawinkan.

Dengan motor yang disambung gerobak, Sukiman menjemput kambing betina dari kandang pemilik, lalu dibawa ke rumah untuk dikawinkan.

Untuk tarif, ia menyesuaikan dengan jarak lokasi penjemputan.

“Jauh dekat beda. Ada yang Rp125 ribu, ada yang Rp175 ribu, yang dekat-dekat Rp50 ribu,” katanya.

Dalam sebulan, Sukiman bisa memperoleh penghasilan yang cukup lumayan.

“Paling sebulan dapat Rp7 juta. Tapi itu kotor,” ucapnya.

Sebagian penghasilan digunakan untuk membeli pakan kambing seperti komboran (campuran dedak dan pakan lainnya). (*)