Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Wacana Rumah Subsidi 18 Meter Persegi

Sulitnya Jangkau Rumah Subsidi di Jateng bagi Karyawan Solo Raya, Cicilan dan UMK Tak Beda Jauh

REI Solo Raya menyebut karyawan dengan UMK Solo saat ini makin tertekan daya belinya untuk rumah subsidi.

TRIBUNSOLO.COM/GARUDEA PRABAWATI
RUMAH SUBSIDI - Ilustrasi rumah subsidi di Solo Raya. Meski ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, rumah subsidi di Jateng masih sulit dijangkau. Di Jawa Tengah, harga rumah subsidi saat ini mencapai Rp166 juta dengan cicilan bulanan sekitar Rp1 juta. Sementara itu, Upah Minimum Kota (UMK) Solo hanya berkisar Rp2,4 juta. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Meski ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, rumah subsidi masih sulit dijangkau.

Di Jawa Tengah, harga rumah subsidi saat ini mencapai Rp166 juta dengan cicilan bulanan sekitar Rp1 juta.

Sementara itu, Upah Minimum Kota (UMK) Solo hanya berkisar Rp2,4 juta.

“Daya beli memang semua merasakan. Daya belinya memang tertekan pada umumnya,” ujar seorang pengamat.

Dalam situasi daya beli masyarakat yang terus melemah, pemerintah mewacanakan pembangunan rumah subsidi dengan luas lahan minimum hanya 18 meter persegi.

Gagasan ini langsung mendapat respons dari kalangan pengembang.

Ketua Real Estat Indonesia (REI) Komisariat Solo Raya, Oma Nuryanto, menilai wacana tersebut tidak manusiawi.

Baca juga: REI Solo Raya Kritik Pemerintah Soal Wacana Rumah Subsidi 18 Meter Persegi: Tidak Manusiawi

“Pada prinsipnya itu tidak memanusiakan orang. 18 meter persegi, kamar berapa? Parkir mobil bagaimana? Kamar mandi, ruang tamu?” kata Oma saat dihubungi pada Minggu (15/6/2025).

Menurutnya, standar ideal luas lahan untuk rumah subsidi saat ini adalah 60 meter persegi, yang memungkinkan dibangunnya rumah dengan luas bangunan antara 21 hingga 36 meter persegi.

Rumah dengan spesifikasi tersebut dinilai cukup layak karena mampu menampung dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, kamar mandi, dan area jemur.

“Paling nggak 60 meter persegi. Itu sudah bisa untuk dua kamar tidur dan fasilitas dasar lainnya. Kalau cuma 18 meter persegi, saya nggak bisa bayangkan,” ujarnya.

Baca juga: Harga Dipatok Rp 166 Juta, Rumah Subsidi di Soloraya Makin Menjauh dari Pusat Kota

Oma memahami wacana ini muncul karena keterbatasan lahan, terutama di kota-kota besar yang kian sulit menyediakan tanah dengan harga terjangkau.

Namun, ia menekankan bahwa di wilayah sekitar Solo Raya, lahan yang masih masuk dalam kategori terjangkau masih tersedia meski harus berada di pinggiran kota.

“Memang betul harga tanah naik. Cuma kalau agak ke pinggir masih bisa dapat. Kalau di tengah kota sudah nggak mungkin. Tapi soal ketersediaan unit, sebenarnya tidak masalah,” tuturnya.

Meskipun peluang mendapatkan rumah subsidi masih ada, terutama di wilayah pinggiran, Oma tetap mengakui bahwa kondisi daya beli masyarakat menjadi tantangan utama. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved