Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Solo

Asal-usul Nama Kampung Baron di Solo Jateng, Dulu Tempat Tinggal Para Bangsawan Eropa

Kawasan Baron ini terletak di Selatan Jalan Slamet Riyadi Solo, berjarak 1,4 km dari Purwosari Solo, Jawa Tengah, bisa ditempuh 5 menit sepeda motor.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com
KAWASAN BARON - Suasana pembeli Es Kapal di Jalan Bhayangkara No 28, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Di kawasan ini juga familiar dengan sebutan Baron, begini asal-usulnya. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Di Kota Solo, Jawa Tengah, ada beberapa nama kawasan yang terinspirasi dari penjajahan Belanda.

Salah satunya adalah Kawasan Baron.

Secara umum, kawasan Baron ini adalah nama yang populer di kalangan warga Solo.

Baca juga: Asal-usul Kawasan Kepatihan di Solo Jateng, Penyebab Keruntuhannya Sampai Kini Masih Misteri

Lokasinya berada di Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Surakarta.

Kelurahan Panularan ini memiliki kode pos 57149.

Pada tahun 2020, kelurahan ini berpenduduk 9.489 jiwa.

Kawasan Baron ini terletak di Selatan Jalan Slamet Riyadi Solo, berjarak 1,4 km dari Purwosari Solo, Jawa Tengah, bisa ditempuh 5 menit sepeda motor.

Untuk informasi, Kelurahan Panularan dibagi menjadi beberapa kampung :

  • Baron Barakan
  • Baron Gede
  • Baron Kunden
  • Begalon
  • Cakraningratan
  • Karagan
  • Panularan

Paling ikonik di Kelurahan Panularan ini adalah Bundaran Baron (Bangjo Baron).

Padahal saat ini bundaran tersebut sudah tidak ada, namun nama Baron kadung melekat di hati warga Solo.

Baca juga: Asal-usul Astana Oetara di Solo, Kompleks Pemakaman Mangkunegara VI yang Bernuansa Sakral

Asal-usul Nama Baron

Nama kawasan Baron ini tak lepas dari Kampung Baron yang berada di dekatnya.

Kampung Baron adalah sebuah kampung padat penduduk yang terletak di Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Nama "Baron" sendiri ternyata berasal dari gelar bangsawan yang biasa digunakan oleh warga Eropa, khususnya dalam struktur feodal kerajaan.

Kampung ini dulunya merupakan tempat tinggal para baron saat pusat pemerintahan Surakarta masih berada di Kartasura. Salah satu tokoh terkenal yang pernah tinggal di sana adalah Baron van Hogendorf, seorang mayor militer.

Dalam tradisi Eropa, seorang baron dikenal memiliki sifat terhormat dan berpegang teguh pada aturan kerajaan, yang menjadi alasan mengapa nama tersebut kemudian melekat pada kampung ini hingga sekarang.

Kondisi Fisik dan Pembagian Wilayah

Kampung Baron merupakan kawasan yang relatif kecil dan padat dengan rumah-rumah yang berpetak-petak dan rapat. Kampung ini berbatasan langsung dengan Kampung Baron Cilik di sebelah barat, Kampung Begalon di timur, Kelurahan Tipes di selatan, serta Kelurahan Penumping di utara.

Baca juga: Asal Usul Warmindo/Burjo, Tempat Makan 24 Jam yang Selalu Ramai di Kawasan Kampus UMS dan UNS Solo

Secara administratif, kampung ini terbagi menjadi dua RW, yaitu RW 1 dan RW 2, yang masing-masing terdiri dari 5-6 RT.

Perbedaan mencolok terlihat antara kedua RW tersebut. Di RW 1, rumah-rumah penduduk cenderung lebih besar, luas, dan cukup mewah, sementara RW 2 dipenuhi rumah-rumah yang sangat berhimpitan dengan akses jalan yang sempit, terutama di RT 3 dan RT 4 yang merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi.

Kisah yang Unik

Salah satu hal unik di Kampung Baron adalah adanya wilayah yang dulunya diperuntukkan sebagai kuburan etnis Cina, yang kini telah berubah menjadi kawasan permukiman.

Baca juga: Asal-usul Kecamatan Giriwoyo Wonogiri, Dulu Dikenal dengan Nama Ngabrak

Perubahan ini terjadi akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan lahan hunian.

Warga yang tinggal di bekas pemakaman tersebut mengaku tidak merasa takut menempati area itu karena keterbatasan pilihan tempat tinggal.

Mereka menyadari bahwa lahan tersebut masih dimiliki oleh Pemerintah Kota Surakarta dan sewaktu-waktu bisa diambil alih untuk proyek pembangunan, sehingga sebelumnya mereka hanya diperbolehkan mendirikan bangunan tidak permanen.

Namun, seiring waktu, banyak yang akhirnya membangun rumah permanen dengan dinding tembok meski ukurannya kecil.

Jejak-jejak bekas pemakaman masih terlihat di berbagai sudut kampung.

Misalnya, kijing (nisan makam) yang sudah tidak terpakai dimanfaatkan warga sebagai bangku, tempat menjemur baju, hingga tungku perapian.

Kondisi Jalan di Kampung Baron

Jalanan di Kampung Baron didominasi oleh gang-gang sempit yang membelah permukiman.

Karena kondisi jalan yang sulit dilalui kendaraan besar, kendaraan umum sangat jarang melewati kampung ini.

Warga lebih banyak mengandalkan transportasi sederhana seperti becak, sepeda, dan ojek untuk beraktivitas sehari-hari.

(*)

'

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved