Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ryantono Puji Santoso
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Dalam situasi pandemi corona atau Covid-19 ini, masyarakat juga dikhawatirkan dengan aksi maling yang meresahkan.
Nah, alat pukul dari kayu bernama kentongan, tiba-tiba jadi tren lagi.
• Baru Rintis 3 Hari, Usaha Pembuatan Kentongan Warga Solo ini Banjir Permintaan, Sehari Laku 60 Buah
• Banderol Harga Rp 15 Ribu, Warga Solo ini Rintis Usaha Pembuatan Kentongan di Tengah Pandemi Corona
Ya, warga akhirnya menggunakan cara lama yakni memanfaatkan kentongan sebagai penanda bahaya di lingkungan sekitar.
Kentongan ini ternyata punya kode bunyi sendiri.
Ada berbagai kode dalam ketukan tersebut, apa saja maknanya?
Dosen Psikologi UNS Surakarta Moh Abdul Hakim mengatakan, kentongan adalah bagian dari penanda bahaya dalam sistem keamanan berbasis komunitas.
"Memang ada maknanya ketukan kentongan," papar dia.
Dia memaparkan, arti dari bunyi tersebut adalah 1-1-1 istilahnya titir, tanda lelayu pada masyarakat.
Sementara, ketukan 4-4-4 artinya ada bencana alam, seperti banjir.
Sementara, ketukan 5-5-5 berulang artinya ada maling.
"Iya di kampung saya juga sekarang menggunakan kentongan," papar Moh Abdul Hakim, Selasa (21/4/2020).
Menurut dia, bila kentongan di pasang di pos ronda akan berguna.
Namun, bila kentongan di pasang di setiap rumah dirinya sanksi akan efektif dan justru membuat atmosfer jadi tidak tenang.
Meski demikian, Abdul Hakim mengatakan, jarang sekali ada warga yang mengetahui makna atau tanda dari ketukan kentongan.
Moh Abdul mengatakan, seiring perkembangan zaman saat ini masyarakat jarang sekali yang paham dengan tanda dan ketukan kentongan itu.
"Sedikit sekali masyarakat kita sekarang yg paham tanda-serinci itu," jelas dia, Selasa (21/4/2020).
Selama ini masyarakat kebanyakan paham hanya memukul kentongan menandakan bahaya.
"Paling orang tahu kalau ada kenthongan dipukul terus menerus artinya ada bahaya," papar dia. (*)