Virus Corona

WHO Sebut Corona Bisa Jadi Endemik di Masyarakat, Simak Bedanya dengan Pandemi, Akankah Seperti DBD?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi penyebaran virus corona

TRIBUNSOLO.COM - Hingga kini pandemi virus corona di berbegai negara belum berakhir.

Berbagai upaya dilakukan setiap pemerintah di sebuah negara untuk melawan virus ini.

Dapat Banyak Hujatan. Indira Kalistha Minta Maaf soal Ucapannya Remehkan Virus Corona

Dikutip dari Kompas.com, menurut WHO, kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di China pada 8 Desember 2019.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia tersebut tidak melakukan pelacakan terhadap penyakit, melainkan bergantung pada negara-negara untuk memberikan informasi.

Dari data tersebut persebaran virus corona kian menyabar.

Hingga pada Rabu (11/3/2020) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan pandemi global virus corona.

Pernyataan itu diumumkan Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi persnya.

"Covid-19 dapat dicirikan sebagai pandemi. Hal itu [status pandemi] tidak mengubah apa pun yang harus dilakukan oleh setiap negara," ujar Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Hanya berselang sekitar dua bulan setelahnya Direktur Kedaruratan WHO, dr Mike Ryan, menyebut virus corona tak akan pernah hilang dan bisa menjadi virus endemik yang ada.

"Penting diketahui, virus (corona baru) ini bisa menjadi virus endemik yang ada di masyarakat, dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," ungkap Ryan dalam konferensi pers virtual dari Jenewa, Rabu (13/5/2020).

"HIV belum hilang. Dan kini kita berhadapan dengan virus corona," imbuhnya seperti dilansir BBC, Kamis (14/5/2020).

Ryan sendiri mengaku tidak percaya pada siapapun yang membuat prediksi kapan penyakit Covid-19 akan hilang.

"Saya tidak percaya pada siapa pun yang dapat memprediksi kapan penyakit itu (Covid-19) akan hilang," ungkapnya seperti dilansir Science Alert, Kamis (14/5/2020).

Sejauh ini ada lebih dari 100 vaksin potensial yang masih dalam pengembangan.

Jika ingin vaksin berhasil menghilangkan virus, butuh upaya besar.

"Kami memiliki harapan besar, jika menemukan vaksin yang sangat efektif, vaksin itu dapat didistribusikan ke semua orang di dunia. Dengan itu, kami mungkin memiliki kesempatan untuk menghilangkan virus ini," ujar Ryan.

"Namun, vaksin itu harus tersedia dan harus sangat efektif. Vaksin itu harus tersedia dan digunakan semua orang".

Banyak contoh yang menunjukkan vaksin tidak bisa menghilangkan virus penyakit, tapi mengendalikan atau mencegah penularan.

Sebagai contoh, vaksin campak dan rubella (MR) sudah diperkenalkan sejak 1963.

Namun hingga saat ini, masih ada orang yang terpapar campak bila tidak divaksin.

China Mengaku Telah Hancurkan Beberapa Sampel Virus Corona di Awal Wabah, Untuk Apa?

Lalu apa perbedaan pandemi dengan endemik? 

Pandemi, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas.

Berdasarkan dikutip dari wikipedia, Pandemi adalah epidemi penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, misalnya beberapa benua, atau di seluruh dunia.

Penyakit endemik yang meluas dengan jumlah orang yang terinfeksi yang stabil bukan merupakan pandemi.

Kejadian pandemi flu pada umumnya mengecualikan kasus flu musiman.

Sepanjang sejarah, sejumlah pandemi penyakit telah terjadi, seperti cacar (variola) dan tuberkulosis.

Salah satu pandemi yang paling menghancurkan adalah maut hitam, yang menewaskan sekitar 75–200 juta orang pada abad ke-14.

WHO mendefinisikan istilah ini sebagai wabah patogen baru yang menyebar dengan mudah dari orang ke orang di seluruh dunia.

Pandemik adalah ketika ia menyebar di beberapa negara atau benua dan biasanya memengaruhi orang dalam jumlah besar.

Penyebarannya secara global.

Sedangkan untuk endemik berdasarkan pada kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), endemik merupakan penyakit yang muncul dalam wilayah tertentu.

Endemik juga pada umumnya penyakit yang menetap dalam waktu yang lama di wilayah tertentu.

Jika di Indonesia salah satu penyakit yang umum muncul di Indonesia sebagai penyakit endemik yaitu demam berdarah dengue (DBD).

Penyakit yang disebabkan virus Dengue yang ditularkan melalui nyamuk ini dapat timbul sepanjang tahun.

Tak hanya itu contoh lain dari endemi di Indonesia adalah hepatitis, Kusta, Malaria hingga penyakit Kaki Gajah.

Buntut Pasien Positif Corona Diduga Tulari Jemaah Masjid, 90 KK di Joyotakan Solo Diisolasi 14 Hari

New Normal akibat Pandemi Corona

Terkait hal tersebut Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menegaskan usai pandemi Covid-19, baik secara global maupun khusus Indonesia, kondisi tidak akan kembali seperti pra-pandemi.

"Kita tidak akan kembali ke situasi Indonesia seperti sebelum pandemi yang kita dulu normal. Kita akan menuju Indonesia baru yang berbeda," kata Pandu dalam diskusi daring bertajuk "Mobilitas Penduduk dan Covid-19: Implikasi Sosial, Ekonomi dan Politik", Senin (4/5/2020).

Maksud dari new normal yang disebutkan Pandu tercermin dari banyak aspek. Mulai dari kehidupan sosial, kesehatan, ekonomi, psikologis, dan lain sebagainya.

"Dulu yang kita anggap normal, ternyata tidak siap dalam menghadapi pandemi yang seperti ini. Kita harus menuju Indonesia yang baru yang berbeda atau disebut new normal. Apakah kita akan normal seperti masa lalu? Berkerumun, berkumpul-kumpul, pergi ke restoran, bisa melakukan kegiatan arisan, halal bihalal, atau yang lain, mungkin tidak seperti itu. Seperti apa nantinya, kita gak tahu," imbuhnya.

Pandu menyebutkan setidaknya ada beberapa rekomendasi untuk mempersiapkan new normal di Indonesia.

1. Mitigasi kesehatan masyarakat dan sosial, ekonomi, serta psikologis

Dalam langkah pertama ini, pemerintah bersama penduduk harus tetap mengutamakan public health atau kesehatan masyarakat.

Selain itu, masalah sosial, ekonomi dan psikologis perlu dipersiapkan mitigasinya sejak saat ini.

2. Perkuat resilien komunitas

Tidak jauh berbeda dari sebagian aspek dalam mitigasi di atas. Resilien komunitas berarti kita harus memperkuat kultural komunitas.

Kultural atau budaya yang baik dari komunitas di masyarakat baik lokal maupun skala besar akan berkaitan juga dengan kehidupan sosial Indonesia usai pandemi.

3. Pelepasan pembatasan sosial dan pemulihan yang bertahap

Menurut Pandu, pemerintah bisa melakukan pelepasan pembatasan sosial secara bertahap, karena tidak mungkin untuk dilepaskan sekaligus.

Pembatasan sosial yang dilepaskan bertahap ini juga seiring dengan pemulihan yang bertahap.

4. Reformasi struktural

Dijelaskan Pandu, reformasi struktural perlu dilakukan untuk merespon cepat mengatasi krisis kesehatan dan menuju ekonomi baru.

"Untuk itu kita harus siap melakukan berbagai perubahan birokrasi, struktural belajar dari penanganan pandemi ini," jelasnya.

5. Memasuki Indonesia baru

Pada langkah ini, merupakan implikasi dari langkah-langkah lain yang saling berkaitan tersebut dapat dilakukan dengan semaksimal dan seoptimal mungkin.

"Maka kita siap memasuki Indonesia baru," kata dia. (*)

Berita Terkini