TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Sebuah patung berbentuk Dewa Ganesha yang terletak di Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, menjadi bagian dari Monumen Tentara Pelajar.
Memiliki tinggi tiga meter, bangunan monumen ini dikelilingi oleh pagar besi.
• Sejarah dan Asal-usul Monumen 45 Banjarsari Solo : Kisah Perang Empat Hari di Solo
• Sejarah Riwayat Masjid Agung Surakarta : Kubah Emas Murni dari Sang Raja Solo Harus Dicopot
Warga setempat yang juga penjaga monumen itu, Sumarmi, mengatakan, pagar itu dibangun untuk menjaga fisik monumen dari bentuk vandalisme.
Sebelumnya Monumen Tentara Pelajar itu hanya berdiri sendiri tanpa ada lingkup pagar yang melindungi.
Namun karena ulah oknum tak bertanggung jawab, monumen itu sering dicorat-coret bahkan dikencingi oleh orang mabuk.
Kendati demikian, Monumen Tentara Pelajar masih ramai dikunjungi oleh masyarakat.
Baik perwakilan secara pribadi, instansi pemerintah hingga Ormas.
Monumen ini selalu ramai pada setiap hari-hari peringatan besar.
Seperti pada 17 Agustus, 10 November dan setiap tahun baru.
Acara yang dilakukan pun bervariasi dari upacara, hingga napak tilas bekas perjuangan.
Akan tetapi, semenjak memasuki tahun 2015, kondisi Monumen Tentara Pelajar telah semakin sepi.
Menurut Sumarmi, saat ini para mantan Tentara Pelajar yang dahulu rutin berkunjung banyak yang telah meninggal.
Adapun mantan tentara pelajar yang masih ada saat ini, kondisi mereka sudah tidak memungkinkan untuk bersafari ke monumen.
Selain itu, Sumarmi menuturkan bentuk perhatian pemerintah kepada kondisi monumen sangatlah minim, bahkan pihak kelurahan terdekat sangat jarang untuk berkunjung dan mengawasi.
Oleh karenanya, Sumarmi berharap pemerintah ikut memberi perhatian, agar monumen itu selalu lestari dan menjadi daya tarik wisatawan agar mau berkunjung.
Sejarah Pendirian Monumen Tentara Pelajar
Pada tahun 1983, di Kelurahan Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, seorang mantan tentara pelajar bernama Moedakhir menyerahkan sebuah arca kepada warga setempat.
Arca itu, Moedakhir serahkan kepada Harjo Prawoto, selaku pemilik lahan di wilayah itu.
Keinginan Moedakhir membangun sebuah monumen di atas lahan milik Harjo karena adanya nilai historis yang berkaitan dengan masa lalunya sebagai tentara pelajar.
Dahulu semasa agresi militer Belanda jilid 2, lokasi perkebunan tebu milik Harjo menjadi saksi atas tewasnya rekan-rekan Harjo.
Pada saat itu militer Belanda bersama sekutunya, melakukan penyisiran ke berbagai wilayah di Solo Raya untuk menangkap para pasukan Tentara Pelajar.
Berbagai upaya pun dilakukan dari penculikan hingga penembakan di tempat yang berujung pada konfrontasi senjata antara pasukan Tentara Pelajar melawan Belanda.
Di kebun milik Harjo itulah enam orang teman Moedakhir, sebagai sesama tentara pelajar gugur.
Para tentara pelajar itu gugur saat usia mereka masih belasan tahun, dan nama-namanya diabadikan di atas prasasti monumen.
Hal itu diceritakan Sumarmi, selaku putri dari Harjo Prawoto yang juga menjadi penanggung jawab atas monumen.
Besarnya rasa cinta Moedakhir kepada perjuangan teman-temannya, membuat dirinya rela mengeluarkan kocek guna membangun monumen untuk mengenang perjuangan tentara pelajar di wilayah tersebut.
Moedakhir memesan sebuah patung berbentuk Dewa Ganesha, yang dia pesan dari para perajin di Kecamatan Muntilan, Magelang.
Pembuatan patung itu membutuhkan waktu lebih dari satu tahun, karena ukurannya yang besar dan ukirannya yang rumit.
Selesai pada tahun 1983, arca Dewa Ganesha diletakkan di lokasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Sumarmi, ayahnya memberikan sebagian kecil tanah secara cuma-cuma kepada Moedakhir untuk dibangun monumen.
Pada awalnya hanya arca Dewa Ganesha yang diletakkan, lalu kemudian dibangun pondasi di bawahnya.
Hingga puncaknya pada tahun 1996, Moedakhir beserta para mantan anggota tentara pelajar lainnya memperbaharui bangunan hingga mencapai ketinggian tiga meter.
Lalu diresmikan oleh Bupati Sukoharjo, Tedjo Suminto, pada 10 Agustus 1996.
Dengan diresmikannya Monumen Tentara Pelajar oleh bupati, maka secara resmi tanah milik Harjo Prawoto dihibahkan kepada pemerintah.
Makna Arca Ganesha di Monumen Tentara Pelajar
Apabila anda melihat Monumen Tentara Pelajar di Grogol Sukoharjo, maka di atasnya akan ada sebuah arca berbntuk Dewa Ganesha, dengan posisi bertapa.
Ternyata arca itu sengaja dipilih karena memiliki makna yang sangat mendalam.
Ganesha sendiri adalah dewa yang berbentuk gajah dan dianggap memiliki tingkat intelegensi tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya.
Dilansir dari website kemdikbud.go.id, Ganesha dilambangkan sebagai dewa ilmu pengetahuan.
Karena itulah Pasukan Tentara Pelajar menjadikan Dewa Ganesha sebagai simbol mereka.
Menurut Moehkardi dalam bukunya "Magelang Berjuang", Dewa Ganesha tidak hanya disimbolkan sebagai sosok yang maha pintar saja.
Sosoknya yang gagah dan melindungi manusia merepresentasikan sikap pasukan tentara pelajar, gagah dalam berjuang, pintar dalam belajar.
Selain ada sosok Dewa Ganesha, di bawahnya ada beberapa tengkorak sebagai lambang bahwa pernah ada pasukan tentara pelajar yang gugur di tempat itu.
Bertahan di Tengah Kepungan Zaman
Kejayaan Tentara Pelajar di Kota Surakarta kini telah memudar, seiring para anggotanya banyak yang tutup usia.
Jasa-jasa perjuangan mereka sewaktu menjaga kemerdekaan Indonesia banyak yang terlupakan oleh para pemuda bangsa saat ini.
Hal itu diceritakan oleh Joko Ramlan, sosok veteran dan mantan anggota tentara pelajar.
Salah satu hal yang terlupakan adalah keberadaan bangunan Monumen Tentara Pelajar di Sukoharjo.
Pada awal tahun 2000-an Joko bersama rekan-rekannya rajin mengunjungi tempat itu.
Mereka melakukan napak tilas, ziarah, dan juga upacara.
Kegiatan itu dilakukan bersama masyarakat sekitar dan dibarengi dengan konvoi karnaval.
Diharapkan para masyarakat bisa meneruskan jejak aktivitas yang mereka lakukan.
Akan tetapi, rencana tersebut hanya menjadi angan belaka.
Karena sejak tahun 2015, aktivitas bersama masyarakat di sekitar monumen mulai menyepi dan hilang satu persatu.
Kerjasama dengan pihak pemerintah seperti kelurahan dan kecamatan tidak berjalan mulus.
Di saat para mantan prajurit tentara pelajar tidak sanggup meneruskan kegiatan, pihak pemerintah juga ikut untuk tidak melanjutkan.
Hal inilah yang membuat prihatin Joko, karena khawatir generasi saat muda saat ini akan lupa dengan perjuangan bangsa sebelumnya.
Sikap pernyataan Joko Ramlan tersebut dibenarkan oleh Sumarmi yang bertanggung jawab dan tinggal dekat Monumen Tentara Pelajar.
Saat ini aktivitas dekat monumen sudah sangat sepi, perhatian pemerintah yang tidak serius menjadi penyebabnya.
Dari awal berdiri hingga saat ini tidak ada dana perawatan yang diberikan oleh pemerintah kepada Sumarmi.
Sebagai timbal balik Sumarmi berjualan di sekitar monumen dan memanfaatkan keuntungan hasil jualannya untuk merawat serta memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Di saat Monumen Tentara Pelajar di daerah lain mulai tergusur oleh pembangunan perumahan, Sumarmi masih setia menjaga monumen itu.
Bagi Suwarmi, menjaga monumen itu adalah bentuk tanggung jawab terhadap peninggalan ayahnya di masa lalu.