Update Gunung Merapi

Gunung Merapi Erupsi, Penerbangan di Adi Sumarmo Solo Tak Terganggu, Abu Vulkanik Tak Sampai Bandara

Penulis: Agil Trisetiawan
Editor: Asep Abdullah Rowi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI : Bandara Adi Soemarmo Solo yang berada di Kabupaten Boyolali.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Gunung Merapi menyemburkan awan panas dan abu vulkanik yang cukup besar dibandingkan hari-hari sebelumnya, pada Rabu (27/1/2021).

Meski erupsi, namun jadwal penerbangan dari Bandara Adi Sumarmo Solo di Kabupaten Boyolali berjalan normal.

Menurut Humas Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo Solo, Danar Dewi P, pihak bandara masih terus memantau aktivitas di Gunung Merapi.

Baca juga: Hanya Klaten & Boyolali, Abu Vulkanik yang Muncul Pasca Gunung Merapi Erupsi Tak Terlihat di Solo

Baca juga: 1.000 Jiwa di Kawasan Rawan Tamansari Dievakuasi saat Merapi Erupsi, Pemkab Boyolali Siap Siaga

"Pantauan kami di lapangan erupsi Merapi pada siang ini tidak berdampak pada penerbangan di Bandara Adi Soemarmo," katanya kepada TribunSolo.com.

Ia memastikan sampai operasional penerbangan terakhir Rabu pada sore ini masih berjalan normal.

Pihak bandara tetap mewaspadai adanya erupsi merapi karena saat ini aktivitasnya terus meningkat.

"Kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait seiring meningkatnya aktivitas Merapi," kata dia.

Ia mengatakan untuk saat ini erupsi Merapi belum sampai berdampak pada aktivitas penerbangan di Bandara Adi Soemarmo.

PT Angkasa Pura I akan terus memantau kondisi kawasan bandara untuk memastikan kondisi bandara benar-benar aman untuk lalu lintas penerbangan.

"Sejauh ini penerbangan Bandara Adi Soemarmo aman," akunya.

"Abu vulkanik erupsi merapi tidak sampai ke bandara," terang dia menekankan.

Danar menambahkan, untuk penerbangan terakhir adalah pesawat landing di Adi Sumarmo dengan jenis pesawat Lion JT-925 tujuan Denpasar-Solo pada pukul 16.00 WIB.

"Itu pesawatnya RON (Remain Over Night) di Bandara Adi Sumarmo," jelas dia. 

Tak Sampai Solo

Erupsi dahsyat Gunung Merapi menyebabkan semburan pasir hingga abu di sejumlah kabupaten/kota di sekitarnya.

Mulai dari Sleman, Kabupaten Klaten hingga Boyolali.

Namun dari pantauan TribunSolo.com, sejumlah kawasan di Kota Solo seperti di Kecamatan Pasar Kliwon, Serengan, dan Banjarsari tak terdampak hujan abu vulkanik.

Hal ini terlihat sejak erupsi sekitar pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. 

Namun di Kota Solo hanya justru diguyur hujan, yang turun sejak siang hari. 

Erupsi yang menyebabkan awan panas menjulang tinggi ke langit membuat sejumlah daerah ditutupi abu hingga pasir.

Di antaranya terlihat di Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten yang hanya berjarak beberapa kilometer dari Gunung Merapi.

Adapun di kawasan tersebut, runtuhan abu hingga pasir hingga cukup tebal memenuhi atap dan jalanan pasca letusan cukup besar.

Baca juga: Hujan Abu Gunung Merapi Juga Mengguyur Kawasan Boyolali : Tipis & Tak Ganggu Aktivitas Warga

Baca juga: BREAKING NEWS : Gempar Letusan Gunung Merapi Besar, Semburan Awan Panas Menjulang ke Langit

Selain itu kepanikan terjadi di kawasan penambang pasir di Kali Woro, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

Mengingat saat ada kesibukan warga tengah menambang pasir pasca beberapa hari kemarin terjadi lahar dingin yang membuat material berlimpah ruah.

Saat itu warga berhamburan ketika Merapi memuntahkan awan panas ke langit yang terlihat sangat jelas dan besar dari pada biasanya.

Selain di Klaten, di kawasan Kabupaten Boyolali juga terjadi hujan abu sehingga langit tampak pekat. 

Adapun pasca letusan tidak bisa yang menyebabkan hujan abu dan pasir, membuat langit gelap dan jarak pandang terbatas.

Pernyataan BPPTKG

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) secara resmi mengeluarkan pernyataan resmi.

Adapun pernyataan resmi pasca terjadinya erupsi dahsyat secara tiba-tiba yang menggemparkan warga di sejumlah daerah, mulai Sleman, Klaten dan Boyolali, Rabu (27/1/2021).

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menyebut, Gunung Merapi meletus dan mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak maksimum 1.600 meter ke arah barat daya.

Sejak tanggal 4 Januari 2021, Gunung Merapi memasuki fase erupsi yang bersifat efusif yang dikenal juga sebagai tipe Merapi.

Baca juga: Erupsi Dahsyat Merapi di Tengah PSBB Jilid II, Lansia hingga Anak-anak Dievakuasi ke Tempat Aman

Baca juga: FOTO-Foto Erupsi Besar Gunung Merapi Siang ini, 21 Kali Muntahkan Guguran dan Semburan Awan Panas

Di mana erupsi dengan aktivitas itu berupa pertumbuhan kubah lava, disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran.

“Pada hari ini, Rabu (27/01), sejak pukul 00.00-14.00 WIB, Gunung Merapi telah meluncurkan 36 kali awan panas guguran dengan jarak luncur antara 500-3000 meter ke arah barat daya atau hulu Kali Krasak dan Boyong," ungkap dia melalui kanal Youtube resmi BPPTKG, sore.

"Awan panas tercatat di seismogram dengan amplitudo antara 15-60 mm dan durasi 83-197 detik," jelasnya menekankan.

Akibat dari kejadian awan panas guguran tersebut, sejumlah lokasi melaporkan hujan abu dengan intensitas tipis hingga tebal.

Di antaranya di Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali dan beberapa lokasi di Kabupaten Klaten.

“Hujan abu dapat terjadi sebagai akibat dari kejadian awan panas guguran," aku dia.

"Untuk itu masyarakat diharapkan untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik seperti dengan menggunakan masker, kacamata, dan menutup sumber air”, ujarnya.

Hanik menyatakan bahwa jarak luncur awan panas masih dalam radius bahaya yang direkomendasikan oleh BPPTKG–PVMBG-Badan Geologi, yaitu sejauh lima kilometer dari Puncak Gunung Merapi pada alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di daerah yang direkomendasikan tersebut.

Selain itu, terkait dengan masih musim penghujan, Hanik mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di puncak Gunung Merapi.

Terkait dengan potensi bahaya saat ini, Hanik menyatakan bahwa  bahaya erupsi Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya.

Di antaranya meliputi Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih dengan jarak maksimal 5 km dari puncak.

"Sedangkan erupsi eksplosif masih berpeluang terjadi dengan lontaran material vulkanik diperkirakan menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” ucapnya. (*)

Berita Terkini