Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI -. Berbagai langkah dilakukan aparat kepolisian membantu masyarakat di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda.
Salah satunya, anggota dari Kepolisian Polsek Banyudono Boyolali yang membantu membuatkan peti mati.
Kanit Binmas Polsek Banyudono, Iptu Rewang mengatakan, pihaknya mendapatkan laporan adanya kelangkaan peti mati.
Baca juga: Perajin Peti Mati di Boyolali Batasi Pesanan, Bahan Baku Kayu Sengon Langka
Baca juga: Penampakan 100 Peti Mati Kuno di Mesir: Ada Mumi, Sudah Terkubur 2500 Tahun Lalu
"Awal mula anggota kami membantu perajin peti mati tersebut bermula dari informasi bahwa peti mati yang langka," kata Rewang, Minggu (11/7/2021).
Rewang mengatakan, langkanya peti mati tersebut terjadi baik di pasaran maupun stok di rumah sakit juga.
Mendengar informasi tersebut, kemudian ia bersama Babin Kamtibmas mendatangi serta mengecek lokasi perajin dan toko peti mati.
Baca juga: Jual 3 Kambing untuk Beli Peti Mati, Kakek Ini Sempat Gegerkan Warga saat Peti Diantar ke Rumah
"Setelah kami mengecek, dan ternyata benar peti sedang kosong, lalu kami berkoordinasi serta membantu pembuatan peti tersebut," ucap Rewang.
Dia mengaku, pihaknya membantu perajin peti mati tersebut sejak Selasa (6/7/2021) lalu.
Ia menambahkan anggotanya yang membantu perajin tersebut sekitar 3 hingga 6 personel.
"Saya mengarahkan dan membantu sebisanya, memang kondisi di lapangan peti mulai langka, pertama karena permintaan meningkat, namun stok barang tidak ada, ditambah lagi tidak semua orang bisa membuat peti mati," pungkasnya.
Bahan Baku Langka
Tingginya pesanan peti mati di Boyolali membuat perajin kewalahan.
Apalagi, bahan baku membuat peti mati saat ini juga sulit didapat.
Kondisi ini dirakan perajin peti mati di Dukuh Dewan RT 22/RW 03 Desa Ketaon, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.
Baca juga: 153 Tenaga Kesehatan di Boyolali Positif Covid-19, Diperkirakan Corona Varian Baru: Penularan Cepat
Baca juga: Pemkot Solo Siapkan Lokasi Karantina Terpusat: Rawat Pasien Corona Tanpa Gejala
Salah satunya adalah Woro Puji Astuti (32) mengatakan, dia sampai menolak pesanan karena bahan baku kayu sengon mulai terbatas.
"Saya terpaksa batasi pesanan peti mati ke kami, karena bahan baku peti, seperti kayu sengon, gak ada," ucap Woro, Minggu (11/7/2021).
Woro mengatakan, tutupnya Pasar Klewer juga sebagai faktor ia membatasi pesanan dari perorangan maupun rumah sakit.
Baca juga: Tahan Dulu Liburan, Semua Destinasi Wisata di Penjuru Boyolali Ditutup, Imbas Kasus Corona Mengganas
Selain itu, tenaga kerja untuk membuat peti ini juga tidak banyak.
"Sebelum pandemi kami hanya menerima pesanan 2 peti, saat Pandemi pesanan berlipat yaitu sekitar 6 peti, kami sempat kewalahan, baik dari bahan maupun tenaga,"ujar Woro.
Pesanan Peti Mati di Blitar
Di saat banyak bisnis lain yang goyah, ada satu bisnis yang justru mengalami perkembangan pesat di masa pendemi Covid-19.
Ya, permintaan peti mati di sejumlah pengrajin di kota Blitar, Jawa Timur, justru meningkat hingga 10 kali lipat.
Selain mendatangkan keuntungan jutaan rupiah, usaha ini juga mampu memberdayakan warga sekitar.
• Viral Sejumlah Hotel Dijual di Marketplace akibat Pandemi Covid-19, Ternyata ini Cerita Sebenarnya
• Ternyata Orang Masih Bisa Positif Covid-19 Meskipun Sudah Divaksin, Ini 5 Alasannya
Setiap hari para pengrajin peti mati di kecamatan Sukorejo kota Blitar ini selalu sibuk.
Satu persatu kayu sengon dipotong dan diolah menjadi sebuah peti mati yang berkualitas baik.
Menurut pengrajin, selama masa pandemi corona ini permintaan akan peti mati meningkat tajam hingga 10 kali lipat.
Sedikitnya ada 10 buah peti mati yang mampu terjual setiap bulannya.
Keuntungan jutaan rupiah pun mampu didapatkan dari usaha peti mati ini.
Tidak hanya itu berkat usaha tersebut beberapa warga sekitar juga dapat diberdayakan serta bisa memperoleh penghasilan di masa pandemi ini.
"Rata-rata dalam masa pandemi ini permintaan naik," ujar Simon, pengrajin peti mati, di Blitar Jawa Timur dikutip dari Kompas TV, Rabu (3/2/2021).
Kini usaha peti mati yang dulunya hanya sebagai sampingan justru bisa menjadi usaha utama yang menjanjikan.
Harga peti mati sendiri dijual mulai dari Rp 900 ribu hingga Rp 5 juta rupiah tergantung ukuran dan jenis kayu digunakan.
Rata-rata dalam satu hari para pengrajin ini mampu membuat 1 hingga 2 buah peti mati.
Seluruh peti mati yang dihasilkan tersebut diperuntukkan untuk memenuhi permintaan dari rumah sakit di kota dan kabupaten Blitar saja.
Meski mendapatkan keuntungan dari pendemi para pengrajin peti mati ini berharap penyebaran virus corona dapat ditekan.
Sehingga kehidupan masyarakat dapat kembali normal.
Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. TribunSolo.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).
Sumber: Kompas.TV
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Selama Pandemi Covid-19, Permintaan Peti Mati Naik 10 Kali Lipat