Berita Nasional

Mendag Zulkifli Soal Harga Telur Ayam Jadi Rp 32 Ribu Per Kg: Tidak Seberapa Kok, Jangan Diributkan

Penulis: Tribun Network
Editor: Rifatun Nadhiroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan setelah dilantik Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (15/6/2022)

TRIBUNSOLO.COM - Terkait naiknya harga telur yang kini sudah tembus Rp 32.000 per kilogram, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan angkat bicara.

Zulkifli menilai, kenaikan harga telur saat ini belum seberapa dan meminta masyarakat tidak meributkan hal tersebut.

"Oh itu (harga telur ayam naik) enggak seberapa kok. Jangan diributkan yah," ujar Zulkifli di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, yang dikutip dari Kompas.com, Selasa (23/8/2022).

Menyikapi hal tersebut, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyayangkan pernyataan Zulkifli yang lebih mendorong tidak meributkan kenaikan harga telur, dibanding berupaya menurunkan harga.

Baca juga: Potret Lawas Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Beredar, Pacaran Sejak SMP: Putri Cinta Pertama Sambo

"Persoalan telur ini sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir dari Rp 27.000 per kg, menuju Rp 29.000 kg, ke Rp 30.000 kg, bahkan sekarang sampai ke Rp 32.000 per kg," kata Ketua DPP Ikappi Abdullah Mansuri.

Menurutnya,harga telur ayam saat ini tertinggi dalam sejarah 5 tahun terakhir dan seharusnya persoalan di lapangan seperti pangan, petelur, distribusi menjadi masalah yang fokus diselesaikan Kementerian Perdagangan, bukan lari dari persoalan.

"Ikappi meminta kepada Kementerian Perdagangan untuk melakukan upaya-upaya lanjutan tidak hanya berstatement yang justru akan membuat kegaduhan," ujarnya.

Ia meminta, Kemendag mengumpulkan peternak-peternak besar atau petelur-petelur besar dalam rangka mencari solusi, dan langkah apa yang harus di lakukan ke depan bukan justru menyampaikan bahwa supply berlebih dan tidak perlu diributkan.

Baca juga: Pemerintah Berlakukan PPKM Level 1 di Seluruh Wilayah Indonesia: Situasi Covid-19 Terkendali

"Ribut ini karena ada jeritan dari emak-emak yang terus mengalir kepada kami, sehingga kami mau tidak mau harus mendorong agar pemerintah mencarikan solusi," katanya.

"Telur adalah komoditas yang cukup besar permintaannya, jika tinggi harganya maka jadi masalah,"

"Kami harapkan bisa menyelesaikan persoalan telur dalam waktu sesingkat-singkatnya," sambungnya. (*)

(Kompas.com/Elsa Catriana)

Berita Terkini