Berita Sragen Terbaru

Museum Miri Sragen Ungkap Sisi Lain Zaman Purba di Kawasan Sangiran : Fosil Gajah hingga Akar Bakau

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Museum Miri, yang berada di kompleks SDN 1 Girimargo, Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen. Museum ini menyajikan zaman purba di kawasan Sangiran dengan sejumlah fosil hewan hingga akar bakau.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Belajar fosil ternyata tak hanya bisa dilakukan di Museum Sangiran saja.

Melainkan juga di Museum Miri, yang lokasi berada di kompleks SDN 1 Girimargo, Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen.

Memang koleksinya tak se-komplet yang ada di Museum Sangiran, namun di Museum Miri terungkap kehidupan purbakala yang mungkin tak ditemukan di situs Sangiran.

Museum Miri menyimpan temuan-temuan fosil hewan-hewan purba dari situs-situs di wilayah Miri.

Baca juga: Jejak Pantai Purba di Miri Sragen, Titik Peralihan Laut Menjadi Daratan di Kawasan Sangiran

Informasi tertulis Museum Miri, berdirinya museum yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen ini didirikan atas inisiatif Fauzan Ahmadi.

Museum Miri dulunya ialah rumah dinas Kepala Sekolah SDN Girimargo 1 yang direnovasi dan ditata mulai tahun 1984.

Peresmian Museum Miri dilakukan pada tahun 1985, yang dihadiri oleh Duta Besar Perancis dan Pemerintah Kabupaten Sragen.

Menurut pengelola Museum Miri, Jumadi menyatakan awal penelitian di Kecamatan Miri dimulai dari menyusuri sungai dari kawasan Sangiran hingga ke kawasan Waduk Kedung Ombo.

Dalam penelusuran itu, kemudian para peneliti menemukan fosil terutama fosil hewan.

Baca juga: Sosok Sumeni, Mata-mata Perempuan Asal Sragen yang Fenomenal, Mampu Taklukan Tentara Hindia-Belanda

"Awalnya ada peneliti, menyusuri sungai dari kawasan Sangiran sampai Miri hingga ke Waduk Kedung Ombo," ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (12/11/2021).

Salah satu peneliti yang berjasa dalam penelitian di Kecamatan Miri ialah Prof. Dr. Francois Semah dan Anne-Marie Semah yang merupakan Ahli Geologi dari Museum National d'Histoire Naturelle Perancis.

Mereka melakukan napak tilas jejak Louis Jean Cretien Van Es sosok yang mengungkap tentang kehidupan Pithecanthropus sejak tahun 1984-1989.

Koleksi fosil gajah di Museum Miri di Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, Jumat (11/11/2022).

Dari penelitian yang keduanya lakukan, mengungkap ada 3 periode yang terekam dibalik proses pengangkatan Pegunungan Kendeng yang dipublikasikan secara internasional.

Dari penelitian tersebut, kemudian diketahui Miri mengalami beberapa fase perubahan lanskap mulai dari lautan dangkal, lingkungan pantai, hingga lingkungan daratan yang dihiasi hutan dan rawa-rawa.

Sekitar 2 juta tahun yang lalu, pada masa Pleistosen Awal wilayah Miri adalah lautan dangkal, kemudian berubah menjadi kawasan pantai pada 800 ribu tahun yang lalu.

Baca juga: 5 Tempat Wisata di Sragen yang Wajib Dikunjungi, Museum Sangiran hingga Pemandian Air Panas Bayanan

Sisa-sisa kawasan pantai dan hutan bakau masih dapat dilihat hingga kini di kawasan Kedung Cumpleng dan Kedung Grujug.

Kawasan pantai ditandai dengan adanya lapisan grenzbank, yang menurut Jumadi sulit ditemukan di situs Sangiran.

Setelah itu, kawasan Miri berubah menjadi daratan yang banyak dihuni oleh gajah purba, kerbau dan rusa.

Menurut Jumadi, di Museum Miri juga menyimpan fosil kayu yang sudah membatu juga akar bakau.

"Ada koleksi fosil-fosil hewan, gajah, kerbau, buaya, juga ada akar bakau, kayu yang sudah membatu ada," jelasnya.

Baca juga: Penyanyi Campursari di Sragen Laporkan Penonton ke Polisi, Lagi Asyik Nyanyi Dadanya Ditowel

Museum Miri kini masih jadi jujugan para pelajar maupun peneliti untuk belajar dan meneliti tentang fosil.

"Jadi rujukan belajar fosil anak-anak SD, sering ada penelitian juga, yang berkunjung anak SD hingga SMA," jelasnya.

Belajar ke Museum Miri tidak dipungut biaya alias gratis.

"Masuknya gratis, bisa langsung datang," pungkasnya.

(*)

 

Berita Terkini