Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Hanya dengan modal keterampilan, Kristiyanto warga Dukuh Betong, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen bisa mengeruk cuan dari limbah kayu.
Limbah kayu jati yang sudah tidak terpakai, ia sulap menjadi sangkar burung berharga ratusan ribu rupiah per buah.
Ditemui di rumahnya, Kristiyanto menceritakan usaha itu sudah ia geluti selama 12 tahun terakhir.
Awalnya, Kristiyanto hanyalah seorang penghobi burung sejak 15 tahun yang lalu.
Kemudian, ia mulai iseng-iseng membuat sangkar burung, yang kini keisengan itu bisa menghidupi keluarga kecilnya.
"Usahanya sudah berjalan sekitar 12 tahun, sebenarnya kalau mulai bikin sangkar burung sudah saya mulai sejak kelas 6 SD, karena hobi itu tadi, belajar secara otodidak," kata dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (3/2/2024).
Ia mengerjakan sendiri sangkar-sangkar burung di bengkel rumahnya yang dipenuhi berbagai jenis peralatan.
Terkadang, Kristiyanto juga dibantu oleh istrinya.
Dalam sehari, Kristiyanto bisa membuat 2-4 sangkar burung tergantung modelnya.
"Kalau jenis kosan dengan 4 sabuk itu sehari hanya bisa membuat 2 buah, kalau replika yang bentuknya lebih sederhana bisa 3 sampai 4 buah," jelasnya.
"Kalau fokus, satu bulan bisa membuat 40 sampai 50 sangkar burung," sambungnya.
Baca juga: Berisik-berisik di Kandang Warga Sragen Malam Hari, Ternyata Ular Piton 3 Meter Mangsa 4 Anak Ayam
Sangkar burung buatan Kristiyanto biasanya dijual di pasar lokal Sragen, juga ada yang dikirim ke Bandung dan Jakarta.
Terkadang sangkar burung itu ia jual melalui media sosial.
"Iya, saat ini peminat ada terus, kalau buka di marketplace, setiap hari itu pasti ngirim, jadi nggak sempat melayani wilayah sendiri, karena keuntungan jual lewat online juga gede," ujarnya.
Dengan terus adanya permintaan, Kristiyanto mengatakan usaha membuat sangkar burung ini adalah usaha yang menjanjikan.
Pasalnya, bahan baku membuat sangkar burung bisa didapatkannya dengan harga murah, bahkan didapatkan dengan cuma-cuma.
Kristiyanto memang sengaja membuat sangkar burung dari limbah kayu karena lebih menguntungkan.
Meski begitu, ia juga memastikan limbah kayu yang digunakan dalam kualitas terbaik.
"Sebetulnya kalau sangkar kita jual Rp 120.000, kalau kita beli kayu yang bagus harganya sudah Rp 50.000, kita nggak dapat untungnya, makanya kita cari limbah yang tidak terpakai," jelasnya.
"Ini memang usaha yang menjanjikan, kalau usaha yang lain kan modalnya gede, kalau ini sebenarnya modal kita hanya cari di tempat penggergajian kayu, biasanya gratis," tambahnya.
Baca juga: Korban Bus Terguling di Tol Solo-Ngawi di RSUD Sragen Jalani Rawat Jalan
"Misalkan kalau kita beli juga murah, satu truk itu Rp 700.000, kalau sudah jadi sangkar burung, itu semua bisa menjadi Rp 10.000.000 ke atas, itu sudah pasti," kata Krsitiyanto menambahkan.
Menurut Kristiyanto, jika usaha membuat sangkar burung ini benar-benar digeluti, maka bisa mendapatkan penghasilan lebih besar dari pekerjaan lain.
Selama 10 tahun ini, usaha Kristiyanto cukup stabil, bahkan selama pandemi covid-19, ia malah banjir pesanan.
Saat ini, Kristiyanto bahkan membatasi pesanan, karena kekurangan tenaga kerja.
Kini, Kristiyanto juga mulai mengembangkan usahanya dan mencoba menjual sangkar burung hingga ke tahap finishing.
"Kalau sangkar yang masih mentah, kosan itu dijual Rp 120.000, kalau replika harganya Rp 100.000," ucapnya.
"Jika kita buat hingga tahap akhir, yaitu dicat, harganya bisa mencapai Rp 450.000 per buah, makanya itu yang sedang saya coba, sekarang fokus membuat sangkar burung yang sudah jadi," pungkasnya.
(*)