Polemik Seragam di Boyolali

Sidak SMPN 2 Teras, DPRD Boyolali Ungkap Indikasi Keterlibatan Pihak Sekolah Pengadaan Seragam

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SIDAK KE SEKOLAH - Ketua Komisi IV DPRD Boyolali Suyadi saat mendengarkan keterangan dari SMP N 2 Teras, Sabtu (16/8/2025). Sidak ini dilakukan menyusul aduan wali murid terkait seragam olahraga yang tak kunjung diterima siswa gegara belum lunas.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI – Ketua Komisi IV DPRD Boyolali, Suyadi, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke SMP Negeri 2 Teras, Jumat (15/8/2025).

Sidak ini dilakukan menyusul aduan wali murid terkait seragam olahraga yang tak kunjung diterima siswa gegara belum lunas.

Suyadi mengatakan, pihaknya ingin mengklarifikasi langsung kepada pihak sekolah. 

Dalam pertemuan itu, ia ditemui Kepala Sekolah beserta Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.

KOLASE FOTO. Wali Murid dan Suasana Sekolah. SMPN 2 Teras disorot lantaran ada siswa bolos lantaran seragam sekolah belum lunas, dia tak mendapat seragam olahraga. (TribunSolo.com/Tri Widodo)

“Kami klarifikasi terkait laporan yang masuk pada kami. Setelah kami ketemu dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, kami menyayangkan langkah yang diambil pihak sekolah,” ujar Suyadi.

Menurutnya, jika sekolah tidak terlibat dalam jual beli seragam, seharusnya tidak perlu memfasilitasi pembagian seragam oleh pihak toko di lingkungan sekolah.

“Tadi disampaikan, bagi wali murid atau siswa yang masih memiliki kwitansi pembayaran bisa langsung ambil seragam dari toko. Tapi yang tidak punya kwitansi, karena hilang, malah laporan ke sekolah. Nah, sekolah justru memfasilitasi toko untuk membagikan seragam di dalam kelas. Itu tidak boleh,” tegasnya.

Dari temuan di lapangan, Suyadi menilai adanya indikasi keterlibatan pihak sekolah dalam pengadaan seragam.

Terlebih, ia juga mendapati fakta bahwa toko penyedia seragam bukanlah toko permanen, melainkan rumah sewaan dekat sekolah yang digunakan hanya selama masa penerimaan siswa baru.

“Informasinya, rumah itu memang disewa penyedia seragam untuk transaksi selama masa PPDB. Tapi tetap saja, sekolah tidak boleh menjadi tempat pembagian seragam,” imbuhnya.

Atas temuan tersebut, Suyadi meminta pihak sekolah tidak mengulangi praktik serupa saat penerimaan siswa baru tahun depan.

“Kalau ada pihak swasta atau toko yang ingin menawarkan seragam, langsung saja ke wali murid. Jangan melibatkan sekolah,” tandasnya.

Baca juga: Cerita Wali Murid di Boyolali, Jual TV Demi Lunasi Seragam Anak: Uangnya Masih Belum Cukup

Sementara itu, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, Eko Rusmiati mengatakan pembagian seragam olahraga di kelas ini untuk membantu siswa yang kehilangan kuitansi pembayaran di toko.

Bagi yang kuitansinya masih ada, bisa langsung mengambil seragam olahraga di toko. 

Sementara,  banyak wali murid yang kehilangan kuitansi kemudian meminta bantuannya. 

"Mereka tidak berani ke sana (Toko sementara) karena tidak bawa kuitansi. Saya menjembatasi dengan berkomunikasi dengan pihak toko," kata Eko. 

Eko pun kemudian diminta pihak toko untuk mendata nama siswa yang kehilangan kuitansi pembelian seragam. 

"Saya yang manggil murid. Mas Saroso (Karyawan Toko) yang membagikan," imbuhnya. 

Dia pun merasa dilema dengan apa yang dilakukannya itu. Dia merasa bantuannya bagi siswa yang kehilangan kuitansi disalahkan.

Berawal dari Aduan Wali Murid

Suyadi mengaku menerima aduan dari salah satu wali murid SMP Negeri 2 Teras terkait dengan pengadaan seragam sekolah.

Dalam aduannya, wali tersebut menyampaikan jika anaknya terpaksa bolos sekolah karena belum mendapatkan seragam olahraga.

Siswa tersebut belum menerima seragam olahraga karena belum lunas pembayaran seragamnya.

"Kami sangat menyayangkan langkah yang sudah diambil sekolah SMPN 2 Teras," kata Suyadi.

Dari penuturan, wali tersebut, dia menyimpulkan jika sekolah terlibat dalam jual beli seragam.

Baca juga: SD di Simo Terima Siswa Lebihi Kapasitas, Disdikbud Boyolali : Kami Masih Upayakan Penambahan Rombel

Pasalnya, pembagian seragam olahraga dilakukan oleh guru di dalam kelas.

"Guru memanggil siswa satu persatu di dalam kelas. Kebetulan yang bersangkutan itu belum dapat Seragam disampaikan karena belum bayar," ujarnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan guru tersebut menurunkan mental siswa.

Padahal, wali murid tersebut punya iktikad baik untuk melunasi pembayaran seragam tersebut.

Apalagi, siswa tersebut juga masuk dalam penerima manfaat program Indonesia Pintar (PIP).

"Tak kira masalah seragam kemarin sudah selesai. Ternyata masih ada masalah terkait dengan seragam," katanya.

Dari penuturan wali murid juga, lanjut Suyadi menilai guru tersebut juga telah memupus cita-cita anak dalam belajar.

"Anak tersebut mentalnya down, terus hari ini tidak sekolah. Ini yang kami sayangkan," tambahnya.

Pihaknya pun akan memanggil sekolah serta Dinas Pendidikan dan kebudayaan (Disdikbud) Boyolali untuk menyelesaikan masalah ini.

Jawaban Pihak Sekolah

Sementara itu, Kepala SMPN 2 Teras, Purwanto mengklaim sekolah tak terlibat dalam pengadaan seragam siswa.

Pengadaan seragam dilakukan oleh pihak luar sekolah.

Dia pun akan segera berkoordinasi dengan guru yang disebut mengurusi masalah seragam ini.

"Terus terang kami tidak tau masalah seragam ini. Ya nanti coba saya koordinasi dengan yang bersangkutan," pungkasnya. 

Keterangan Wali Murid

Sementara itu, Heru Waskito, wali murid yang belum dapat seragam olahraga mengatakan jawaban kepala sekolah itu hanya alasan saja.

Pasalnya, bagaimana mungkin kepala sekolah tidak mengetahui ada guru yang membagikan seragam olahraga di dalam kelas.

Selain itu, sebelum dia sudah 3 kali menemui guru kelas untuk memohon kebijaksanaan agar anaknya tetap mendapatkan seragam olahraga.

"Tapi guru tersebut tetap tidak bisa memberikan seragam olahraga sebelum lunas," pungkasnya. 

Dia mengaku karena orang tak punya, terpaksa tak membeli seluruh seragam sekolah untuk anaknya.

Dia hanya mampu membeli setelan seragam batik, kotak-kotak, dan olahraga serta atribut berupa bet hingga kaus kaki.

Baca juga: Tak Punya Biaya Ambil Seragam Olahraga, Siswa di Boyolali Terpaksa Bolos Sekolah

Karena dari keluarga kurang, dia tak bisa membayar lunas seragam seragam seharga Rp 841 ribu.

Pasalnya sebagai tukang ojek pangkalan,  penghasilannya saja juga tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan 4 anak.

"Saya bayar dulu Rp 450 ribu. Uang itu didapat setelah menjual TV," tambahnya.

Meski telah dijelaskan, namun pihak sekolah tetap tak  berempati.

Seragam olahraga anaknya tak diberikan.

Bahkan guru kelas malah terkesan mengolok-olok.

"Kan guru sudah tau kalau hanya anak saya yang tidak diberi seragam. Tapi guru itu malah  tanya siapa yang belum dapat Seragam. Terus bilang," kata dia. 

"Gurunyaa kemudian bilang. la koe rung bayar ko. Yo Ra entuk (La Kamu belum bayar, ya belum dapat)," kata Heru menirukan perkataan anaknya. (*)

 

Berita Terkini