Klaten Bersinar
Lahan Petik Buah Desa Demakijo Klaten Ternyata Awalnya Bukan Lahan Produktif, Kini Bermanfaat Besar
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Lahan yang dimanfaatkan wisata petik buah Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Klaten, ternyata awalnya bukanlah lahan produktif.
Kepala Desa Demakijo, Ery Karyatno mengatakan bila awalnya merupakan lahan berstruktur cekungan.
"Awalnya lahan cekungan, kemudian tidak bisa ditanami," ujar Ery.
Baca juga: Bupati Hamenang Ikut Panen Semangka Perdana di Obyek Wisata Petik Buah Desa Demakijo Klaten
Terlebih, lokasinya berdekatan dengan Tol Solo-Jogja dan lahan rest area.
Ery kemudian meminta sebagian tanah urug tol, untuk meratakan tanah.
Lahan yang dimanfaatkan untuk kebun petik buah, juga merupakan tanah kas desa.
"Ini luasannya sekitar 2.300 m persegi, jumlah tanamannya ada sekitar 1.700 jenis," paparnya.

Tanaman yang ditanam, ialah buah dan sayur. seperti semangka biji dan non biji, tomat, kacang, labu madu, dan terong.
Sistem tanam yang dipakai, ialah sistem irigasi tetes. Hal ini dipilih, karena lokasi tanah yang kering.
Ery menekankan, bila lahan ini juga sebagai motivasi masyarakat khususnya pemuda, agar tahu bila petani juga profesi.
"Kemudian yang kedua, menjadi petani hasilnya juga tidak sedikit," ucapnya.
Ia mencontohkan, dengan panen sekitar 1.500 buah pendapatan yang dihasilkan bisa mencapai puluhan juta, dengan catatan tidak ada buah yang lolos atau tidak dibayar.
Harga buah dan sayuran, dijual mulai dari harga Rp 2 ribu hingga Rp 15 ribu per kilo.
Dikatakan Ery, harga yang dijual lebih murah dibandingkan harga di pasar. Ia juga memberikan contoh yakni harga semangka.
"Kami menciptakan atau mempunyai ide untuk jual langsung petik, ini semua grade-nya jadi A semua dengan harga Rp8.000 tadi. Di pasaran penebas itu rata-rata Rp6.000 per kilonya. Nah, ini ada selisih Rp2.000," jelasnya.
(*/adv)