Fakta Menarik Tentang Sukoharjo
Kenapa Sukoharjo Dijuluki Kota Makmur? Begini Sejarahnya, Ada Kaitan dengan Keraton Surakarta
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu daerah strategis di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di selatan Kota Surakarta (Solo).
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Nama "Sukoharjo Makmur" sudah lama melekat di telinga masyarakat Solo Raya dan sekitarnya.
Namun, tidak banyak yang mengetahui makna mendalam di balik julukan tersebut, baik dari segi sejarah, budaya, maupun filosofi pemerintahan.
Julukan “Sukoharjo Makmur” bukan sekadar semboyan tanpa makna.
Baca juga: Kenapa Karanganyar Disebut Bumi Intanpari? Begini Sejarahnya
Kata Makmur sendiri merupakan akronim dari Maju, Aman, Konstitusional, Mantap, Unggul, dan Rapi.
Akronim ini mencerminkan visi dan harapan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo untuk menjadi wilayah yang terus berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.
Gending "Sukoharjo Makmur", Simbol Budaya Lokal
Identitas Sukoharjo Makmur tak hanya terlihat dari slogan resmi, tetapi juga terekam dalam budaya lokal, khususnya dalam bentuk langgam atau gending Jawa berjudul Sukoharjo Makmur
Gending ini kerap diputar di kantor-kantor pemerintahan sebagai simbol semangat pembangunan dan harapan masyarakat.
Peneliti Nurlaily Khoirun Ni’mah dalam jurnalnya Eksistensi Sastra Lisan Langgam Sukoharjo Makmur (2021) menyebutkan bahwa langgam ini bukan hanya alat hiburan, tetapi juga sarana edukasi dan pengingat nilai-nilai luhur yang ingin terus dijaga oleh masyarakat Sukoharjo.
Baca juga: Kenapa Banyak Warung Sate Kambing dan Tengkleng di Solo? Ternyata Pengaruh Orang Timur Tengah
Sejarah Panjang Terkait Keraton Surakarta
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu daerah strategis di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di selatan Kota Surakarta (Solo).
Dikenal dengan berbagai julukan, wilayah ini memiliki kekayaan budaya, industri, serta potensi ekonomi yang menjadikannya sebagai salah satu penopang penting kawasan aglomerasi Solo Raya.
Kabupaten ini berbatasan langsung dengan:
- Kota Surakarta di utara,
- Kabupaten Karanganyar di timur,
- Kabupaten Wonogiri dan Gunungkidul (DIY) di selatan,
- Kabupaten Klaten dan Boyolali di barat.
Baca juga: Angka Perceraian di Sukoharjo Masih Tinggi, 655 Perempuan Sandang Status Janda Jelang Akhir 2025
Ibu kota Kabupaten Sukoharjo terletak di Kecamatan Sukoharjo, hanya sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Solo, menjadikannya sebagai kawasan penyangga utama kota budaya tersebut.
Berdasarkan data akhir tahun 2024, jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo mencapai 916.472 jiwa, dengan komposisi demografis yang beragam dan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi di kawasan utara yang berdekatan dengan Solo.
Secara administratif, Kabupaten Sukoharjo berdiri pada 15 Juli 1946, hasil penggabungan tiga kawedanan lama: Bekonang, Kartasura, dan Sukoharjo.
Ketiga wilayah ini dulunya berada di bawah pemerintahan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada masa kolonial dan pendudukan Jepang.
Dalam sejarahnya, nama "Sukoharjo" berasal dari Bahasa Jawa:
“Suko” berarti suka atau bahagia,
“Harjo” berarti sejahtera atau makmur.
Baca juga: Kenapa Sragen Disebut Bumi Sukowati? Ini Sejarahnya, Dulu Wilayah Membentang Sampai ke Madiun
Gabungan dua kata ini mencerminkan harapan agar wilayah ini menjadi tanah yang membahagiakan dan membawa kesejahteraan bagi warganya.
Menariknya, asal-usul nama ini juga berkaitan dengan rencana pemindahan Keraton Kartasura ke Desa Sala (yang kini menjadi Surakarta) akibat geger pecinan pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwana II.
Wilayah yang kini dikenal sebagai Sukoharjo pernah diusulkan menjadi lokasi keraton baru karena dianggap memiliki tanah yang beraroma wangi (Talawangi) dan menjanjikan kemakmuran (Sokoraharjo).
Namun, karena alasan keamanan, karena lokasi tersebut berdekatan dengan markas Pangeran Sambernyawa yang sedang berseteru dengan Keraton, rencana tersebut akhirnya dibatalkan.
Meskipun demikian, wilayah tersebut tetap dikenang sebagai tanah yang membawa berkah, dan nama Sukoharjo pun tetap melekat hingga kini.
Baca juga: Kenapa Suporter Persis Solo Disebut Pasoepati? Begini Sejarahnya, Ada Kaitan dengan Pelita Jaya
Jejak Sejarah dalam Nama Desa
Sisa-sisa perencanaan pembangunan keraton di wilayah Sukoharjo masih terasa hingga saat ini melalui nama-nama desa yang ada:
- Begajah: Dahulu direncanakan sebagai kandang gajah kerajaan.
- Pandean: Tempat pembuatan senjata (pande besi).
- Mranggen: Tempat pembuatan wrangka (sarung) keris.
- Seliran: Tempat tinggal para istri raja.
- Satyanegara dan Alun-Alun Kota: Area yang dirancang untuk bacira (alun-alun) kerajaan.
- Masjid Agung dan Kodim 0726/Sukoharjo: Lokasi yang dahulu dirancang sebagai bacira ngayun.
(*)
| Menilik Bahan Dasar Pembuatan Ciu Bekonang, Minuman Legendaris dari Sukoharjo |
|
|---|
| Kisah Samijem Warga Nguter Sukoharjo Ciptakan Es Teler Pertama di Indonesia, Kini Es Teler Viral |
|
|---|
| Kenapa RSUD Ir Soekarno Sukoharjo Familiar Disebut DKR? Begini Sejarahnya, Bermula Tahun 1960 |
|
|---|
| Asal-usul TPU Pracimaloyo Sukoharjo : Dianggap Makam Keramat, Ada Mitos Pasangan 'Gancet' |
|
|---|
| Asal-usul Sahasra Adhi Pura: Pusat Meditasi Lintas Agama di Sukoharjo, Dibangun oleh Tokoh Spiritual |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Berikut-rekomendasi-tempat-ngabuburit-di-Sukoharjo-Jawa-Tengah-TRIBUN-JATENG.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.