Penjualan Hotel Agas Solo
Tak Semata karena Fly Over Manahan, Hotel Agas Disebut Mati karena Kalah Saing dengan Hotel Lain
Matinya Hotel Agas disebut karena kalah saing dengan hotel lain yang ada di Solo. Bukan semata-mata karena Fly Over Manahan.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pakar Tata Kota dan Transportasi UNS Bambang S Pujantiyo berpendapat matinya Hotel Agas tak semata karena adanya Fly Over Manahan.
Menurutnya, faktor yang lebih berpengaruh yakni kalah saing dengan hotel-hotel lain yang terus bermunculan.
“Agas sudah menurun sebelum adanya fly over. Jadi sudah menurun gitu, jadi bukan semata mata karena fly over itu terus langsung ngedrop gitu bukan. Nah hotel aja sendiri itu sebetulnya itu sudah menurun karena adanya persaingan dengan hotel hotel baru yang lainnya yang lebih bagus. Di situ sudah menurun gitu. Jadi bukan berarti salahnya fly over,” ungkap Bambang saat dihubungi Senin (25/8/2025).
Ia menjelaskan pembangunan Fly Over Manahan juga telah dilakukan uji publik sebelumnya.
Perwakilan manajemen Hotel Agas ikut hadir saat uji publik ini.
“Begitu fly over masuk itu sebetulnya sudah ada konsultasi publik. Tahun 2017 itu kalau enggak salah itu Pemerintah Kota Solo itu sudah melakukan konsultasi publik dengan mengundang Manajemen Agas,” terang Bambang.
Saat itu pemerintah memberikan ganti rugi sebesar Rp 25 juta per meter persegi.
Biaya ganti rugi ini juga sekaligus menjadi sebuah kompensasi atas dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan proyek ini.
“Karena kepotong itu ada ganti rugi ya. Nah waktu itu di tapi 25 juta per meter persegi itu kesepakatan. Nah sebetulnya dana itu tuh penggantian itu penggantian apa saja sih bukan hanya karena kepotong, tapi termasuk biaya atas dampak yang akan terjadi bila fly over dibangun. Jadi sebetulnya sudah tahu persis bahwa waktu itu sebetulnya hotel lebih dari 25 juta per meter. Cuman cuman karena saya enggak tahu ya diskusinya seperti apa akhirnya sepakati 25 juta per meter sih itu sebetulnya adalah sudah termasuk ganti rugi karena targetnya kepotong juga ganti rugi atas dampak ekonomi maupun dampak lainnya atas adanya pembangunan fly over,” terang Bambang.
Baca juga: Mengenang Kejayaan Hotel Legendaris Agas Solo : Dulu Ikonik karena Punya Kolam Air Hangat
Pembangunan Fly Over Manahan membuat kondisi hotel ini semakin sulit.
Kesulitan akses membuat hotel ini kurang diminati.
“Kan enggak kelihatan itu tertutup sama fly over sehingga kalau mau masuk Hotel Agas itu agak mutar mutar jadi orang terus akhirnya ini kok susah benar masuk Hotel Agas,” jelas Bambang.
Saat ini Hotel Agas dijual di sejumlah marketplace dengan dibanderol hingga Rp 120 miliar.
Menurutnya, agar hotel ini memiliki daya saing perlu ada renovasi besar-besaran. Meski tertutup oleh Fly Over Manahan, lahan hotel ini masih sangat strategis.
“Kalau kita bicara tata kota tuh sebetulnya kan di pusat kota ya ini sudah titik pusat kota di sekitar situ kan juga ada mall, stadion, ada juga permukiman. Kalau kita berkutat hanya ingin membangun hotel itu supaya enggak bangkrut gitu akan sulit gitu ya jadi. Karena persaingannya berat. Jadi kalau memang dia mau tetap bertahan dengan bisnisnya adalah hotel bahwa harus ada renovasi besar besaran ya untuk mengalahkan hotel persaingan hotel lainnya gitu,” ungkap Bambang.
Ia juga berpendapat aset hotel ini bisa dialihkan ke moda bisnis yang lain.
Mulai dari tempat pameran hingga garasi angkutan umum layak untuk dipertimbangkan.
“Apakah pusat apa eksibisi misalnya ya pameran dan lain lain sebagainya. Ataukah menjadi pusat transfer moda angkutan umum misalnya,” tutur Bambang.
Mestinya, saat melihat performa bisnis hotel terus merosot, harus segera ada tindakan untuk melakukan inovasi. Akhirnya hotel ini makin terpuruk dan memilih jalan keluar untuk dijual.
“Walaupun sudah kuno ya tetap masih ada sekitar 30 persen lah ya waktu itu, tapi lama lama terus menurun terus gitu ya. Nah pada waktu menurun terus itu kurva S berlaku sebetulnya adalah bisnis ya. Jadi kita harus sepertinya ada harus ada kreativitas apa inovasi apa yang harus dilakukan di hotel itu. Nah itu yang mungkin tidak, tidak tidak dilakukan dan uh, ditambah lagi flyover,” ungkap Bambang.
Mengenal Hotel Agas
Hotel Agas merupakan salah satu hotel tertua dan paling legendaris di Kota Solo.
Berdiri sejak tahun 1960-an, hotel ini awalnya dibangun untuk menjawab kebutuhan akomodasi tamu dari luar kota yang berkunjung ke Solo, baik untuk urusan bisnis, pemerintahan, maupun wisata.
Lokasinya yang berada di kawasan Manahan membuat hotel ini sangat strategis pada masanya, karena dekat dengan pusat kota sekaligus jalur menuju berbagai daerah sekitar.
Pada era 1970-an hingga 1980-an, Hotel Agas menjadi pilihan utama tamu-tamu penting, mulai dari pengusaha, pejabat pemerintahan, hingga tokoh masyarakat yang datang ke Solo.
Hotel ini dikenal memiliki arsitektur khas dengan nuansa klasik Jawa yang berpadu dengan desain modern pada zamannya.
Selain itu, Hotel Agas juga menjadi saksi perkembangan industri pariwisata dan ekonomi Solo.
Banyak perhelatan besar, pertemuan resmi, hingga acara keluarga yang digelar di hotel ini. Bahkan, beberapa artis dan tokoh nasional pernah menginap di sini ketika berkunjung ke Solo.
Namun memasuki era 2000-an, popularitas Hotel Agas mulai menurun.
Persaingan ketat dengan hotel-hotel baru yang lebih modern serta perubahan tata kota membuat keberadaan Agas semakin terhimpit.
Kondisi semakin sulit setelah pembangunan Flyover Manahan yang berdampak langsung pada akses hotel.
Meski sempat berganti manajemen untuk mencoba bangkit, upaya tersebut belum berhasil mengembalikan kejayaan Hotel Agas. (*)
Mengenang Kejayaan Hotel Legendaris Agas Solo : Dulu Ikonik karena Punya Kolam Air Hangat |
![]() |
---|
Kesaksian Pegawai, Meninggalnya John Toding Jadi Titik Balik Kejatuhan Hotel Legendaris Agas Solo |
![]() |
---|
Hotel Legendaris Agas Solo Dijual Rp120 Miliar, Pegawai Hotel Kini Hidup dari Sewa Kolam Renang |
![]() |
---|
Hotel Legendaris Agas Solo Dijual Rp 120 Miliar, Imbas Akses Sulit Keberadaan Flyover Manahan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.