Sejarah di Kota Solo
Asal-usul Kelurahan Gajahan di Solo : Dulu Tempat Kandang Gajah Milik Keraton Era Pakubuwono II
Nama “Gajahan” diyakini berasal dari kata gajah, hewan besar yang dahulu menjadi simbol kebesaran dan kekuasaan raja.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Ringkasan Berita:
- Kelurahan Gajahan di selatan Keraton Surakarta dulunya merupakan kandang gajah milik keraton sejak masa Pakubuwana II saat pindah dari Kartasura ke Sala abad ke-17.
- Kawasan ini memiliki lima dalem peninggalan putra Pakubuwono X dan menjadi pusat kehidupan bangsawan serta budaya keraton.
- Warga Gajahan melestarikan sejarahnya lewat Festival Gajah Gajahan, kirab budaya yang mengenang asal-usul kampung dan simbol kebersamaan warga Solo.
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kelurahan Gajahan merupakan salah satu kelurahan bersejarah yang berada di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah.
Kelurahan dengan kode pos 57115 ini memiliki luas wilayah yang relatif kecil, namun menyimpan kisah panjang yang tak terpisahkan dari perjalanan sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Berdasarkan data tahun 2020, jumlah penduduk Gajahan mencapai 3.936 jiwa.
Baca juga: Kenapa Pria Solo Simpan Keris di Belakang saat Pakai Baju Adat? Ternyata Ini Alasan dan Maknanya
Asal-usul Nama Gajahan
Nama “Gajahan” diyakini berasal dari kata gajah, hewan besar yang dahulu menjadi simbol kebesaran dan kekuasaan raja.
Pada masa lampau, wilayah ini merupakan tempat kandang gajah milik Keraton Surakarta.
Cerita bermula pada abad ke-17 ketika Keraton Kartasura harus berpindah ke Desa Sala akibat berbagai peperangan.
Saat itu, kerajaan dipimpin oleh Pakubuwana II (1711–1749).
Baca juga: Asal-usul Monumen Setya Bhakti di Sriwedari, Berisi Makam 23 Pejuang Solo yang Berani Lawan Belanda
Setelah istana baru dibangun di Desa Sala dan diberi nama Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, pihak keraton mendirikan sejumlah fasilitas penunjang kehidupan kerajaan, termasuk kandang gajah yang berada di sebelah selatan keraton, tidak jauh dari alun-alun.
Dari sinilah kawasan tersebut kemudian dikenal sebagai Kampung Gajahan, yang seiring waktu berkembang menjadi permukiman penduduk dan kini resmi menjadi Kelurahan Gajahan.
Jejak Historis dan Peran Para Pangeran
Wilayah Gajahan memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan bangsawan dan abdi dalem keraton.
Di kawasan ini terdapat sejumlah dalem (rumah besar) yang dulunya menjadi tempat tinggal para pangeran putra Pakubuwono X. Lima di antaranya adalah:
- Ndalem Joyokusuman, tempat tinggal KGPH Djoyokusumo Inderechten
- Ndalem Kusumabratan, tempat tinggal KGPH Kusumobroto
- Ndalem Hadiwijayan, tempat tinggal KGPH Panembahan Hadiwijaya
- Ndalem Prabuwinatan, milik KGPH Prabuwinata
- Ndalem Daryonegaran, milik KGPH Daryonegara
Selain menjadi tempat tinggal bangsawan, beberapa dalem ini juga memiliki fungsi baru pada masa modern.
Baca juga: Kenapa Boyolali Dijuluki Kota Tersenyum? Ternyata Begini Sejarahnya, Slogan yang Sarat Makna
Misalnya, Dalem Hadiwijayan pernah digunakan sebagai kampus Universitas Saraswati, yang menandakan bagaimana kawasan Gajahan terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai sejarahnya.
Struktur Wilayah dan Kehidupan Masyarakat
Secara administratif, Kelurahan Gajahan terdiri atas enam kampung, yaitu: Dirjodipuran, Gading, Gajahan, Jayaningratan, Patangpuluhan, dan Reksoniten.
Letaknya yang strategis di jantung Kota Solo membuat Gajahan menjadi kawasan padat aktivitas.
Di sinilah berdiri Pasar Klewer, pasar batik terbesar di Indonesia, yang menjadi denyut ekonomi utama warga Solo.
Selain sebagai kawasan perdagangan, Gajahan juga dikenal dengan kehidupan sosial-budayanya yang kental. Warga masih mempertahankan tradisi Jawa dalam keseharian, mulai dari kegiatan gotong royong, ritual wilujengan, hingga penyelenggaraan acara budaya yang melibatkan masyarakat lintas generasi.
Festival Gajah Gajahan: Napak Tilas Sejarah
Salah satu bentuk pelestarian sejarah di wilayah ini adalah Festival Gajah Gajahan, yang pertama kali digelar pada 26 Oktober 2018
Festival ini merupakan ungkapan rasa syukur warga sekaligus penghormatan terhadap sejarah kampung yang lekat dengan kisah kandang gajah milik keraton.
Kirab budaya ini adalah cara warga untuk menjaga nilai-nilai historis yang menjadi identitas kampung mereka.
Kirab budaya diawali dengan wilujengan di lokasi yang diyakini sebagai bekas kandang gajah.
Setelah itu, kirab dimulai dari depan Kantor Kelurahan Gajahan dan diikuti berbagai peserta, seperti drumband SD Muhammadiyah 24 Gajahan, SMP Kalam Kudus, Bregodo Kyai Mukmin (RW II), Bregodo Srati Gajah Prono (RW I), serta perwakilan dari gereja, masjid, dan kelompok masyarakat lain.
Dalam kirab tersebut turut diarak replika gajah, meriam, serta gunungan berisi jajan pasar, menggambarkan kekayaan budaya dan semangat kebersamaan warga Gajahan.
(*)
| Asal-usul Pasar Harjodaksino Solo: Nama Diambil dari Tokoh Lokal, tapi Lebih Dikenal Pasar Gemblegan |
|
|---|
| Kenapa Soto jadi Menu Favorit Sarapan Warga Solo Raya? Begini Sejarahnya, Bermula dari Abad ke-19 |
|
|---|
| Sering Disebut Kembar, Ini Perbedaan Solo dan Yogyakarta : dari Arsitektur Keraton sampai Wayangnya |
|
|---|
| Asal-usul Banjarsari, Kecamatan yang jadi Pusat Aktivitas Ekonomi dan Wisata di Kota Solo |
|
|---|
| Serupa tapi Tak Sama, Ini Lho Perbedaan Batik Solo dan Batik Jogja, Bisa Terlihat dari Motifnya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Tampak-depan-Kantor-Kelurahan-Gajahan-di-Kecamatan-Pasar-Kliwon-Solo.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.