Sejarah Kuliner Legendaris

Sejarah Kerupuk Kaleng Bisa Sampai Solo : Dibawa Perantau Jawa Barat, Pernah jadi Simbol Kemelaratan

Sejarah bagaimana awal mula kerupuk ini bisa sampai ke meja makan di Solo ternyata menyimpan kisah cukup panjang.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
INSTAGRAM/ulamsarisolo
KERUPUK SOLO - Produk kerupuk Ulam Sari khas Solo, Jawa Tengah. Beginilah sejarah kerupuk kaleng bisa sampai ke Solo. 

Jawa Barat, terutama Ciamis, disebut sebagai daerah asal mula industri kerupuk modern.

Ciamis dan sekitarnya memang dikenal sebagai penghasil singkong dan tapioka.

Konon katanya, dari Ciamis inilah muncul sentra-sentra kerupuk yang memasok hingga Bandung dan Batavia pada masa kolonial.

Kala itu, pedagang kerupuk dikenal dengan ciri khasnya membawa kaleng besar blek, menjajakan dagangannya dari kampung ke kampung.

Namun, industri kerupuk bukan hanya cerita pasca-kolonial.

Dalam sejumlah sumber, seperti kakawin Jawa Kuno Ramayana (abad ke-9 hingga ke-10), telah ditemukan istilah “kurupuk”, yang berarti serpihan renyah dari kulit atau udang.

Ini menunjukkan bahwa konsep makanan renyah serupa kerupuk telah dikenal sejak era Kerajaan Medang.

Baca juga: Sejarah Mie Ayam : Kuliner yang Aslinya dari Tiongkok, Mulai Populer di Solo Raya pada 1980-an

Kerupuk di Masa Krisis dan Depresi Dunia

Kerupuk tidak hanya bertahan di masa kemakmuran, tetapi justru menjadi simbol ketabahan di masa paceklik.

Pada era Great Depression (1929–1939), harga bahan pangan hewani seperti daging dan susu melambung tinggi.

Kaum pribumi bertahan dengan nasi, sambal, ikan asin, dan kerupuk.

Kerupuk kala itu menjadi simbol kemelaratan dan keprihatinan.

Ironisnya, justru dari masa-masa sulit inilah industri kerupuk tumbuh.

Di Bandung dan Yogyakarta, misalnya, para perantau dari Ciamis dan Tasikmalaya membuka pabrik-pabrik kerupuk setelah kehilangan pekerjaan di sektor formal.

Data menunjukkan pabrik kerupuk di Bandung, seperti milik Saidin dan Sukarma, sudah beroperasi sejak 1930-an.

Pabrik lain, DK di Sleman, juga berdiri pada 1934 dan masih bertahan hingga kini dikelola generasi ketiga.

Baca juga: Sejarah Kori Kamandungan : Gerbang Sakral Menuju Keraton Solo yang Dibangun 9 Raja

Renyah di Tengah Gejolak Ekonomi

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved