Pilpres 2019
Sosialisasi Visi Misi Capres Batal, Said Didu: Rakyat Diminta Bagaikan Beli Kucing dalam Karung
Muhammad Said Didu turut berkomentar perihal dibatalkannya sosialisasi visi-misi calon presiden oleh KPU.
Penulis: Rohmana Kurniandari | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM - Mantan staf khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Said Didu berkomentar soal pembatalan sosialisasi visi misi Calon Presiden 2019.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman memastikan pihaknya tak akan memfasilitasi sosialisasi visi-misi jelang debat perdana Pilpres 2019 yang awalnya dijadwalkan 9 Januari 2019.
Dikutip TribunSolo.com dari Kompas.com, keputusan KPU diambil berdasar kesepakatan antara KPU dengan tim kampanye pasangan calon melalui rapat bersama yang digelar pada Jumat (4/1/2019) malam.
KPU menjelaskan, sosialisasi tetap akan dilakukan, tetapi oleh masing-masing tim kampanye.
"Sosialisasi visi-misi tadi malam juga sudah diputuskan, silakan dilaksanakan sendiri-sendiri tempat dan waktu yang mereka tentukan sendiri. Jadi, tidak lagi difasilitasi oleh KPU," kata Ketua KPU Arief Budiman saat ditemui di Hotel Mandarin, Jakarta Pusat, Sabtu (5/1/2019).
Dalam hal ini, tim kampanye juga dibebaskan dalam hal jumlah pelaksanaan sosialisasi visi misi pasangan capres-cawapresnya.
Keputusan ini diambil karena KPU kesulitan jika harus memfasilitasi keinginan kedua tim kampanye yang berbeda-beda.
Kebijakan KPU itu sontak menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik.
Sejumlah pihak pun angkat bicara perihal sosialisasi visi-misi itu.
Satu di antaranya yakni Said Didu.
Melalui cuitan di akun Twitter miliknya, Said Didu lebih menyoroti terkait penyebab seseorang (Capres) takut mengemukakan visi dan misinya.
Menurutnya, ada empat penyebab.
Yakni, tidak adanya materi hasil pemikiran, yakin bahwa tidak ada lagi yang percaya dengan apa yang dikatakan, atau bisa jadi tidak siap berdebat.
Yang terakhir, kata Said Didu, rakyat diminta bagaikan beli kucing dalam karung.
Di mana rakyat diminta memilih presiden tanpa mengetahui visi dan misi dari masing-masing pasangan calon.