Dandim 0726/Sukoharjo Ingatkan Mayarakat Tentang Perang Generasi Lima
Seiring perkembangan jaman dengan kemajuan teknologi dan informasi, membuat metode perang ikut berubah
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Putradi Pamungkas
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Seiring perkembangan jaman dengan kemajuan teknologi dan informasi, membuat metode perang ikut berubah.
Menurut Dandim 0726/Sukoharjo, Letkol Inf Chandra Ariyadi Prakoso, di tahun 2019 ini, perang sudah memasuki perang generasi kelima.
Menurutnya, perang generasi kelima ini bukan terfokus pada fisik, namun lebih pada penguasaan teknologi informasi untuk membentuk opini seseorang.
"Kita saat ini memasuki perang generasi kelima, yang mana orang atau pihak yang menguasi teknologi informasi, akan mampu mempengaruhi pemikiran seseorang."
"Sehingga perang ini lebih kepada upaya untuk mencuci otak orang lain secara massal dan luas," katanya pada Jumat (7/6/2019).
• Dewi Perssik dan Suami Tunjukkan Muka Begadang Jaga Ayah, Ruben Onsu : Surga untuk Kalian
Perang generasi lima ini sangat berbeda dengan perang pada generasi sebelumnya.
Perang generasi satu, dia menjelaskan merupakan perang linier yang mana kedua belah pihak saling berhadap-hadapan.
"Perang generasi kedua adalah perang persenjataan, siapa yang lebih menguasai persenjataan seperti amubisi dan bom, maka dia akan menang," katanya.
Pada perang generasi ketiga, mengarah pada perang teknologi, seperti persediaan alusista.
"Misalnya perang teluk, Amerika dengan sekutunya lebih menguasai teknologi, sehingga wilayah Irak dapat direbut dengan cepat," terangnya.
• Empat Wakil Indonesia Lolos ke Semifinal Australia Open 2019, Simak Hasil Rekap Perempat Finalnya
Lalu perang generasi keempat adalah perang yang tidak seimbang, yang mana sebuah kelompok besar seperti negara melawan kelompok kecil seperti ISIS.
Dan saat ini memasuki perang generasi kelima, dengan cepatnya informasi yang beredar akan mempengaruhi pola pikir masyarakat.
"Makanya saat ini pemerintah memerangi informasi hoax yang tidak jelas sumbernya dan tidak jelas kebenarannya," katanya.
Dia mengimbau kepada masyaraka agar turut memerangi informasi hoax tersebut.
"Masyarakat diharap tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas asal-usulnya."
"Setiap informasi sebaiknya diklarifikasi terlebih dahulu, sekarang jaman digitalisasi saring sebelum sharing," pungkasnya. (*)