Lestarikan Jamu, JCI Chapter Solo dan Rumah Herbal Reina Gelar Workshop
Seluruh peserta saling bertukar pengalaman termasuk Popo yang juga menerangkan tentang jamu herbal dari negaranya.
Penulis: Eka Fitriani | Editor: Daryono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Eka Fitriani
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Junior Chamber International Chapter Solo (JCI) Chapter Solo bekerja sama dengan AISEC UNS dan Rumah Herbal Reina mengadakan workshop jamu.
Kegiatan ini diadakan untuk melestarikan jamu sebagai warisan leluhur.
Workshop jamu ini dipandu oleh Made Ayu Aryani, pemilik sekaligus penggagas Rumah Herbal Reina.
"Acara ini merupakan kerjasama dari JCI Chapter Solo, AISEC UNS dan juga Rumah Herbal Reina yang digagas oleh bidang hubungan internasional," kata Vice President International Relationship JCI Solo, Nida kepada TribunSolo.com, Jumat (16/2/2018) siang.
Baca: Bikin Lirik Lagu untuk Soundtrack Film Danur 2: Maddah, Melly Goeslaw Ternyata Sempat Merinding
AISEC sendiri mengirimkan dua perwakilan.
Salah satunya Popo, seorang volunter sekaligus pelajar dari negeri tirai bambu, Cina.

Seluruh peserta saling bertukar pengalaman termasuk Popo yang juga menerangkan tentang jamu herbal dari negaranya.
"Sama seperti di Indonesia, kebanyakan orang di negaranya juga menganggap jamu itu pahit dan tidak enak," kata Popo.
Di workshop ini peserta diajari untuk membuat jamu dengan resep sederhana namun tidak pahit dan terasa segar.
Sebagian peserta yang hadir merupakan penggiat di bidang jamu dan juga mahasiswa Poltekkes yang menekuni bidang studi mengenai jamu.
Sebelum workshop dimulai, Made memberikan presentasi mengenai sejarah dan seluk beluk jamu di Indonesia.
Baca: Nikmati Sensasi Menginap di Paddy De Sawah Jogja yang Suguhkan Pemandangan Hamparan Sawah
Tanaman obat dan jamu memiliki bebarapa nilai unggul yang belum dioptimalkan di Indonesia.
Hal ini terbukti dari data yang menunjukkan bahwa Amerika, Malaysia dan Korea menjadi 3 negara pemasok obat tradisional dan herbal yang menguasai pasaran.
Padahal Indonesia memiliki ekosistem dengan keanekaragaman hayati terkaya di seluruh dunia dengan 9.000-15.000 spesies tanaman obat.
Acara ini diharapkan dapat menggugah semangat generasi muda untuk dapat mengembangkan dan menambah nilai jual pada jamu.
"Sehingga Indonesia dapat menjadi produsen obat tradisional mengingat kekayaan hayati yang melimpah di negara kita," kata Project director workshop jamu, Ferdiyan Eka.
Dengan menekuni dan mengembangkan jamu dan obat tradisional, generasi muda telah turut melestarikan kekayaan leluhur bangsa.
Sekaligus menjadi pengusaha yang mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Apalagi sekarang sudah ada jurusan perkuliahan yang mempelajari jamu secara detail dan spesifik.
Baca: Daniel Mananta Terus Menghindar Foto Bareng Keluarga, Akhirnya Kepergok Juga Gara-gara Tanda Ini
Acara pagi itu ditutup dengan meminum jamu kunir asem hasil praktek para peserta.(*)