Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kirab Malam 1 Suro

Kebo Bule Kyai Slamet Dikirab saat Malam 1 Suro, Kotorannya Dipercaya Bawa Berkah

Berkah apa yang bisa diperoleh dari kotoran kerbau bule keturunan Kyai Slamet saat dikirab?

Penulis: Delta Lidina | Editor: Hanang Yuwono
TribunJateng/Suharno
Kebo Bule Kyai Slamet 

TRIBUNSOLO.COM - Tanggal 1 Suro Be 1952 di tahun ini jatuh tepat pada 11 September 2018.

Momen Suro ini begitu disakralkan oleh mayoritas masyarakat Jawa.

Pada malam 1 Suro, biasanya masyarakat Jawa melakukan tradisi-tradisi yang sudah turun-temurun dari leluhur.

Hal ini terutama dilakukan oleh orang-orang keturunan kerajaan, tak terkecuali di Kota Solo, Jawa Tengah.

Ini Pesan Ketua PCNU Karanganyar kepada Masyarakat Menghadapi Tahun Politik

Keraton Kasunanan di Solo pada setiap tahunnya rutin melakukan ritual malam 1 Suro dengan mengirab pusaka.

Yang menjadi sorotan utama saat kirab pusaka ini adalah kawanan kerbau bule.

Dalam buku Babad Solo karya Raden Mas Said, kerbau bule bernama Kyai Slamet adalah hadiah dari Kyai Hasan Besari asal Tegalsari, Ponorogo untuk Raja Kasunanan, Pakubuwono II.

Pakubuwono II memerintah tahun 1726-1749 saat keraton masih berada di wilayah Kartasura.

Pakubuwono II
Pakubuwono II (Wikipedia)

Selain Kapolda Jateng, Gatot Nurmantyo Juga Ikut Laku Tapa Bisu Kirab 1 Sura Pura Mangkunegaran Solo

Kerbau bule keturunan Kyai Slamet ini menjadi cucuk lampah dalam kirab pusaka.

Saat kirab, kerbau-kerbau ini akan berada di barisan paling depan untuk mengawali perjalanan pusaka keraton yang dibawa para abdi dalem di belakangnya.

Kirab malam 1 Suro ini biasanya dilaksanakan pada tengah malam tergantung dari kerbaunya.

Dalam arti, kirab dimulai berdasarkan kemauan sang kerbau untuk keluar kandang tanpa digiring.

Pada saat perjalanan kirab, segala penerangan di jalan yang dilewati kerbau haruslah padam.

Kirab Kebo bule saat malam satu suro di Solo, Kamis (15/10/2015).
Kirab Kebo bule saat malam satu suro di Solo, Kamis (15/10/2015). (KOMPAS.COM/ M Wismabrata)

Momen ini tentu begitu dinanti oleh masyarakat Kota Solo dan sekitarnya.

Yang menarik pada peristiwa ini adalah perebutan tlethong (kotoran) kerbau.

Ada masyarakat yang menunggu para kawanan kerbau membuang korotannya.

Kotoran ini dipercaya mampu membawa berkah tersendiri bagi siapa saja yang mengambilnya.

Empat Pusaka Pura Mangkunegaran Dikirab di 1 Sura Tahun Be 1952

Menurut Heri Priyatmoko, sejarawan dan budayawan Kota Solo menuturkan bahwa kotoran kerbau keturunan Kyai Slamet ini mampu memberikan kesuburan bagi pertanian.

"Selain itu, alam pemikiran Jawa menempatkan kotoran juga sebagai penyembuh penyakit, hal ini memang tidak rasional, namun kadung membenak."

"Ingatan kolektif masyarakat Solo Raya masih menyimpan fakta kotoran Gajah Anggoro di Taman Sriwedari yang dipercaya menyembuhkan," lanjut Heri saat dihubungi wartawan TribunSolo.com melalui pesan berbalas, Minggu (9/9/2018).

Tak hanya kotorannya, siapa yang berhasil menjamah kerbau keturunan Kyai Slamet saat dikirab, maka akan memberikan berkah tersendiri bagi yang mempercayainya.

Tradisi ini telah dikeramatkan dan dilakukan bertahun-tahun hingga zaman modern sekarang. (Delta Lidina/TribunStyle.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved