Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Gempa dan Tsunami di Donggala dan Palu

Badan Informasi Geospasial Ungkap Tsunami Palu Menerjang Hanya 8 Menit Setelah Gempa

Mohamad Arief Syafii, Deputi Informasi Geospasial Dasar BIG mengungkapkan bahwa tsunami mulai terjadi 6 menit setelah gempa

KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Kerusakan parah akibat gempa bumi terlihat di Perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10/2018). Gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah mengakibatkan 832 orang meninggal. 

TRIBUNSOLO.COM - Setelah mencoba mendapatkan data dari stasiun pasang surut di Pantoloan, palu, Badan Informasi Geospasial (BIG) akhirnya berhasil mengungkap waktu persisnya kejadian tsunami yang menerjang Teluk Palu.

Berdasarkan data tersebut, diketahui air surut maksimal terjadi Jumat (28/9/2018) pukul 18.08 WITA sementara pasang maksimal terjadi pada pukul 18.10 WITA.

Mohamad Arief Syafii, Deputi Informasi Geospasial Dasar BIG mengungkapkan bahwa tsunami mulai terjadi 6 menit setelah gempa.

Sementara pada pukul 18.10 WITA atau hanya 8 menit setelah gempa, tsunami sudah menerjang Pelabuhan Palu di Pantoloan.

Pemkot Surabaya Distribusikan Bantuan Tahap I untuk Korban Gempa di Sulawesi Tengah

Dengan jarak Pantoloan ke Kota Palu yang sekitar 28 kilometer, maka Arief mengungkapkan beda waktu gelombang tsunami sampai di Palu selisihnya tidak sampai 1 menit.

"Menurut data, tinggi maksimum gelombang yang terbaca lewat tide gauge di Pantoloan adalah 2 meter"

"Tetapi tsunami yang menerjang Palu bisa jadi lebih.

"Gelombang di Palu bisa lebih tinggi karena masuk ke teluk yang lebih sempit dan dangkal"

"Berdasarkan informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ketingian di Palu ada yang 6 meter," kata Arief.

Resmi Mundur dari Tim Kampanye, Ratna Sarumpaet: Saya Tetap Berjuang Demi Kemenangan Prabowo-Sandi

Informasi baru tentang waktu dan ketinggian tsunami ini bisa menjadi pertimbangan ilmuwan untuk melihat ulang mekanisme yang memicu kejadian yang tak terduga ini.

Jeda gempa dan tsunami yang singkat ini menegaskan apa yang sebelumnya telah diungkapkan oleh peneliti geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto.

Ia mengungkapkan, dalam konteks Indonesia, mitigasi tsunami perlu dibarengi dengan edukasi masyarakat dalam mengenali gempa.

“Kasus seperti 25 Oktober 2010 di Mentawai, orang yang selamat yang kita interview saat itu melihat tulisan ‘berpotensi tsunami’ di televisi"

"Dia keluar, lari sedikit, air sudah menggulung,” katanya.

Kekesalan Adelia Atas Tudingan yang Sudutkan Pemerintah Palu Pascagempa : Tolong Manusiawi Sedikit!

Eko berpendapat jika sistem peringatan dini bencana alam baru bisa berguna ketika jarak tsunami datang ke darat itu cukup panjang.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved