Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Mahfud MD Beberkan Perbedaan Praktik Korupsi di Era Orde Baru VS Reformasi

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD menjelaskan perbedaan praktik korupsi di era Orde Baru dan Reformasi.

Penulis: Rohmana Kurniandari | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD. 

TRIBUNSOLO.COM - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD menjelaskan perbedaan praktik korupsi di era Orde Baru dan Reformasi.

Melalui akun Twitternya, Mahfud menuliskan bahwa ada sebagai orang yang mengatakan Orba lebih baik, namun ada juga yang menganggap Reformasi lebih baik.

Menurutnya, era Orba banyak korupsi tetapi tidak ada demokrasi subsantif.

Sementara di zaman sekarang banyak korupsi tetapi ada demokrasi dan kebebasan berpendapat.

Sehingga, korupsi saat ini dilakukan melalui demokrasi dan kebebasan.

Lebih lanjut, Mahfud mengatakan bahkan nomokrasi atau hukum menjadi tumpul.

"Ada yg bilang Orba lbh baik. Ada yg bilang era reformasi lbh baik.

Bgn: Era Orba bnyk korupsi tp tdk ada demokrasi substantif, zaman skrng bnyk korupsi tp ada demokrasi dan kebebasan berpendapat.

Korupsi skrng dilakukan melalui demokrasi dan kebebasan.

Nomokrasi (hukum) jd tumpul," cuit Mahfud MD, Sabtu (24/11/2018).

Pernyataan Mahfud tersebut ia sampaikan sebagai tindak lanjut dari cuitan sebelumnya.

Mahfud MD: Narasi Orde Baru Tidak Akan Laku Sebagai Pilihan tapi Laku Sebagai Cerita

Awalnya, ia tampak mengomentari cuitan dari Kompas TV yang mengangkat tema 'Siapa rindu Orde Baru?' dalam program acara Rosi yang tayang Kamis (22/11/2018).

Mahfud menilai bahwa narasi Orba tidak akan laku sebagai pilihan, tetapi bisa laku sebagai cerita.

Hal itu lantaran di era Orba identik dengan rezim KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), sedangkan di era Reformasi KKN masih menggila namun lebih banyak yang tak ingin kembali ke cara-cara Orba.

"Narasi Orde Baru tdk akan laku sbg pilihan tapi bisa laku sbg cerita.

Mengapa? Karena era Orde Baru diidentikkan dgn rezim KKN, bahkan istilah KKN lahir krn Orde Baru.

Artinya, meskipun selama era reformasi KKN msh menggila tapi lbh bnyk yg tak ingin kembali ke cara2 Orde Baru," ujarnya.

Lebih lanjut, kata Mahfud, di era Orba banyak korupsi tapi tersentralisasi di eksekutif.

Sedangkan di era Reformasi korupsi terus merajalela tapi dilakukan oleh semuanya, mulai dari eksekutif, legislatif, hingga yudikatif.

Jawaban Mahfud MD saat Ditanya Harus Memilih Siapa di Pilpres dan Pemilu 2019

"Mslh-nya bgn: Orba bnyk KKN tp tersentralisasi di eksekutif shg disebut rezim KKN (istilah resmi di Tap MPR).

Di era reformasi korupsi trs merajalela tp dilakukan oleh semuanya scr liar & buas.

Jk ada yg mau memberantas korupsi dikeroyok. Kekuasaan ter-sebar2, berat jd pemimpin," kata Mahfud.

Pernyataan Mahfud itu pun mendapat respon dari warganet.

Salah seorang warganet yang juga pemilik akun @kuyupmenggigil menilai setelah reformasi terjadi desentralisasi KKN.

Komentar warganet itu pun ditanggapi langsung oleh Mahfud MD.

Ia pun membenarkan pernyataan warganet tersebut.

Secara vertikal-horizontal, kata Mahfud, di Eksekutif-Legislatif-Yudikatif, Pusat-Daerah, korupsi terus berkembang.

Bahkan banyak terjadi jual beli kebijakan dan hukum sehingga banyak Operasi Tangkap Tangan (OTT).

Mahfud MD Klarifikasi Terkait Videonya yang Dipotong Dijadikan Alat Kampanye Kubu Jokowi dan Prabowo

Menurut Mahfud, hal tersebut tidak bisa disalahkan sepenuhnya kepada eksekutif.

Berbeda dengan era Orba di mana kekuasaan masih tersentralisasi.

"Ya. Scr Vertikal-horizontal, di Eksekutif-Legislatif-Yudikatif, Pusat-Daerah berkembang biak korupsi.

Banyak terjadi jual beli kebijakan dan hukum sehingga banyak OTT.

Ini tak bs dipersalahkan sepenuhnya kpd Eksekutif, beda dgn dulu ketika kekuasaan msh tersentralisasi," jelasnya.

(TribunSolo.com/Rohmana Kurniandari)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved