Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kritisi Penyelenggara Pemilu Orde Baru vs Reformasi, Mahfud MD: KPU Selalu Salah di Mata yang Kalah

Mahfud MD membandingkan penyelenggaraan pemilu di zaman Orde Baru dan Reformasi. Mahfud menilai KPU selalu salah di mata yang kalah.

IST
Mahfud MD 

"LPU yang dipimpin Kemendagri itu bisa memprediksi hasil pemilu, jauh sebelum pemilu. Dan prediksinya itu tanpa survei dan benar," imbuhnya.

Mahfud pun mencontohkan pemilu yang ada di Bengkulu pada saat Orde Baru.

Di mana telah diprediksi perolehan suara setiap partai politik.

Dan ternyata hasil perolehan suara sama persis dengan prediksi sebelumnya.

Capres-Cawapres Fiktif Nurhadi-Aldo Viral, KPU: Warna Baru untuk Segarkan Pemilu 2019

Bukan hanya itu, Mahfud juga menyebut bahwa di zaman Orde Baru hasil pemilu bisa diubah.

"Yang kedua, di zaman Orde Baru itu pemilu bisa diubah oleh penyelenggara hasilnya," katanya.

"Misalnya, Medan pada saat pemilu terakhir PDIP Suryadi hanya mendapat suara 10 padahal jumlah anggota komisi dan badan-badan kelengkapan di DPR ada 11. Pemerintah ribut. Tiba-tiba ada pengumuman dari Medan, di Sumatera Utara ada tambahan 1 kursi, di zaman sekarang nggak ada seperti itu," terang Mahfud.

Terlepas dari penyelenggaraan pemilu di zaman Orde Baru, kini KPU sudah bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

Hal itu terlihat pada jumlah pelanggaran pemilu.

Putri Amien Rais, Hanum Rais Sebut KPU sebagai Wasit Rasa Timses, Begini Peringatannya pada KPU

Pada zaman Orde Baru tak satu pun orang yang melanggar pemilu mendapat hukuman.

Sementara itu, di era Reformasi, ada banyak orang yang masuk penjara karena melanggar pemilu.

"Kalau kita catat di zaman orde baru itu, selama 32 tahun dan 7 kali pemilu tidak ada seorang pun yang melanggar pemilu itu dihukum."

"Tetapi zaman Reformasi ini ketika saya memimpin sidang di MK mengadili hasil pemilu, sebelum pemungutan suara itu sudah ada 160 lebih orang masuk penjara karena melanggar," jelasnya.

Jenis pelanggaran pun bermacam-macam, di antaranya pemalsuan dokumen, pembagian uang, dan lain sebagainya.

"Ada yang memalsu dokumen, ada yang ketangkap membagi uang, ada yang menteror pemilih," kata Mahfud.

Kritisi Sosialisasi Visi Misi, Fahri Hamzah: Capres Tanpa Kemampuan Verbal Ngapain Jadi Presiden?

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved