Pemilu 2019
Sujiwo Tejo Minta KPU Membuat Aturan Bagi Para Peserta Pemilu Agar Tak Menyalahgunakan Pancasila
Presiden Negeri Jancukers ini meminta KPU membuat aturan bahwa setiap kontestan tidak boleh membawa-bawa nama Pancasila.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNSOLO.COM - Budayawan Sujiwo Tejo memberikan saran kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait penyelenggaraan kontestasi pemilu.
Presiden Negeri Jancukers ini meminta KPU membuat aturan bahwa setiap kontestan tidak boleh membawa-bawa nama Pancasila.
Terlebih jika nama Pancasila dibawa-bawa saat satu di antara peserta kalah dalam pemilu dengan mengatakan, "Kalau kami kalah, Pancasila terancam."
• Pertanyaan Dikirim Sebelum Debat, Sujiwo Tejo: Presiden Harus Teruji Keaktorannya, Aku Sangat Bangga
Menurut Sujiwo Tejo, pernyataan tersebut seolah mengatakan bahwa peserta lain yang menang itu tidak Pancasilais.
Imbasnya juga akan merembet ke KPU.
Karena bisa mendelegitimasi lembaga penyelenggara pemilu tersebut dengan tudingan telah mengesahkan peserta yang anti-Pancasila.
"KPU Pemilu mendatang baiknya bikin aturan, tiap kontestan tak boleh bawa2 Pancasila dlm konteks: 'Kalau kami kalah, Pancasila terancam.'
Sebab ini bisa sama aja bilang kontestan lain tak Pancasilais.
Artinya mendelegitimasi KPU, kok pendaftaran yg antiPancasila disahkan oleh KPU," kicau Sujiwo Tejo melalui Twitternya, Jumat (11/1/2018).
Kicauan Twitter Sujiwo Tejo ini seolah membingungkan. Namun sebetulnya tidak serumit itu. Karena fenomenanya terjadi di sekitar kita.
Dewasa ini kita kerap melihat beberapa organisasi politik dan masyarakat yang membawa-bawa nama Pancasila, Agama dan SARA dalam membranding gerakannya.
Gerakan-gerakan yang dimunculkan ini tentunya menjadi nilai 'plus' bagi perkembangan demokrasi dan kebebasan berekspresi.
Namun menjadi problem lain ketika gerakan ini justru membuat masyarakat terbelah atau terpolarisasi.
Seperti yang disampaikan oleh Sujiwo Tejo di atas, seolah jika tak ikut dalam satu gerakan massa tertentu, seseorang akan dianggap tidak Pancasilais atau tidak Agamis.
Cita-cita demokrasi tentunya tidak mengharapkan polarisasi ini kian masif.
• Saran Sujiwo Tejo agar Mendapat Presiden yang Pas: Presiden Ditulari Nilai Kolektif Rakyatnya