Alasan Tumurun Private Museum Tidak Dibuka Seperti Museum Lainnya, Tak Ada Koleksi Titipan
Tak seperti museum lainnya, Tumurun Private Museum ini tak dibuka secara publik untuk umum karena koleksi karya seni hanya milik pribadi & private.
Penulis: Desi Kris | Editor: Delta Lidina Putri
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Tumurun Private Museum mungkin masih terdengar asing ditelinga masyarakat Solo.
Museum ini memang baru dibuka pada April 2018 lalu.
Tumurun Private Museum ini didirikan untuk menampung koleksi almarhum HM Lukminto pendiri perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, PT. Sri Rejeki Isman (Sritex).
Tumurun ternyata berasal dari kata Turun Temurun yang artinya mewariskan dari generasi satu ke generasi lainnya.
Dari nama museum itulah bisa diartikan jika banyak karya seni atau koleksi keluarga Lukmito yang bersifat private.

Tapi, museum ini beda banget loh sama museum pada umumnya.
Museum yang dikelola oleh Iwan Kurniawan Lukminto ini tidak dibuka secara publik untuk umum.
Bukan tanpa alasan, museum ini memang dibuat untuk museum pribadi untuk menampung koleksi almarhum H.M Lukminto dan putranya, Iwan Kurniawan Lukminto yang akrab disapa Wawan.
Tak ada satu pun koleksi titipan sehingga semua karya seni yang dipamerkan adalah milik pribadi.


"Beda karena dari judulnya museum ini sendiri kan Tumurun Private Museum, jadi di sini itu koleksi pribadi semua dari Pak Wawan, jadi tidak ada yang namanya koleksi titipan atau barang pamer milik orang lain," ujar Vilmala Sari, Manager Tumurun saat ditemui pada Selasa (5/3/2019).
Didirikannya museum ini pemilik juga menginginkan jika para pengunjung bisa memahami seni tanpa keterbatasan.
"Konsepnya kita masih mix, kita nggak ada konsep apa-apa tapi yang jelas kita nggak mau ada keterbatasan, supaya para mahasiswa atau siswa-siswa di Solo dan sekitar Solo itu kalau masuk museum Tumurun itu jadi warna warni," ungkap Sari.
(TribunStyle.com/Desi Kris)