Seorang Pendeta Berbagi Nasihat dengan Mahfud MD tentang Bahayanya Serangan Kebencian
Pakar Hukum dan Tata Negara, Mahfud MD dikirimi potongan ayat dari Alkitab oleh Pendeta Kristen Yunus Rahmadi.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: Fachri Sakti Nugroho
Tak mengherankan jika Mahfud MD dekat dengan para Pendeta atau pemuka Agama di Indonesia.
Mahfud MD adalah satu di antara tokoh yang getol menyuarakan tentang kebhinnekaan.
Ia juga didapuk sebagai anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Sebagaimana diketahui, BPIP berisi para tokoh bangsa dari lintas budaya, agama dan akademik.
Dikutip TribunSolo.com dari Tribunnews.com bulan lalu, Mahfud MD juga sempat berpidato tentang fitrah persatuan dan kehinnekaan.
Menurut Mahfud MD, persatuan dan kolaborasi adalah satu di antara syarat pendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045.
Lebih lanjut, persatuan dan kolaborasi adalah kekuatan dari sumber daya manusia Indonesia.
Agenda besar untuk bersatu dan menghimpun segenap kekuatan itu adalah mengusung persatuan di tengah perbedaan Indonesia.
"Berbeda itu fitrah, kita memang berbeda-beda. Namun bersatu itu kebutuhan," kata anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tersebut, dalam Diskusi Kebangsaan Indonesia Emas 2045 di Kampus Paramadina, Jakarta, Rabu (13/2/2019).
• Saat Debat dengan Andi Arief, Mahfud MD Pernah Diingatkan Rekannya Pak Hati-hati Itu Anak Sakau
Karena itu, kata dia, pemahaman akan pluralisme harus terus diserukan.
Mengutip tokoh bangsa Abdurahman Wahid (Gus Dur), Mahfud MD menjelaskan cara sederhana memahami soal pluralisme.
"Pluralisme itu seperti engkau hidup di rumah dengan kamar yang berbeda-beda," katanya.
Jika masih di dalam kamar masing-masing, jelas Makhfud, semua bebas mengenakan identitas masing-masing, menyetel televisi masing-masing.
Namun ketika sudah di ruang bersama, maka semua menggunakan aset bersama.
Contoh rumah bersama itu terlihat di Rumah Betang di Kalimantan.
Makhfud menceritakan, dalam kunjungannya ke rumah itu, dia menyaksikan beberapa keluarga dari suku dayak yang berbeda-beda tinggal di kamar yang berbeda-beda.
Namun mereka mengusung satu identitas Dayak.
Ilustrasi tersebut sesuai dengan kondisi kebangsaan Indonesia yang beragam suku, agama, dan budayanya.
Masing-masing menggenggam identitasnya, namun ketika bicara dalam konteks ke-Indonesiaan, maka semua menjunjung identitas Indonesia. (*)